MEDIA SOSIAL PEMERINTAH HARUS MENARIK DAN KEKINIAN

2
min read
A- A+
read

MEDIA SOSIAL PEMERINTAH HARUS MENARIK DAN KEKINIAN

Perkembangan teknologi semakin terasa manfaatnya dengan meningkatnya kecepatan transmisi data antar perangkat, yang secara langsung berdampak kepada peningkatkan kualitas konten. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan, pola dan gaya hidup masyarakat sehari-hari dalam berbagai aspek. Mendengar percakapan yang sedang terjadi di media online dan media sosial dapat membantu kita untuk memahami apa yang sedang terjadi di masyarakat. Dengan mendengar kita bisa memahami persepsi publik terhadap kita. Dengan mendengarkan kita dapat menentukan tujuan dan strategi public relations yang lebih tepat. Dalam digital public relations, mendengar dapat dilakukan secara real time dengan bantuan Tools Media Monitoring. Dengan melakukan media monitoring kita juga bisa merespon dengan cepat ketika akan terjadi krisis. Inilah yang disampaikan Harfizan Arnas Pranata Humas Ahli Muda Direktorat Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo dalam Workshop Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional Pranata Humas di Hotel Putri Gunung Lembang Bandung Senin (8/11). Lebih lanjut dipaparkan bahwa dalam hal ini humas pemerintah tidak dapat tinggal diam. “Humas dituntut untuk menetapkan tujuan yang lebih terukur dan tidak terbatas pada output seperti jumlah postingan, jumlah followers/like, dan trending topik, tapi juga harus berorientasi kepada outcome sesuai dengan tujuan program/organisasi” kata Harfizan. Menurutnya humas memiliki peran besar dalam mendorong transparansi dan keterbukaan informasi publik. Humas pemerintah harus dapat menjelaskan program pemerintah dengan cara-cara yang menarik dan kekinian namun tetap dengan standar etika dan aturan yang berlaku, agar dapat memperoleh dukungan publik serta meningkatkan reputasi pemerintah dan diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku di kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik melalui kampanye-kampanye yang terencana. Harfizan menyampaikan hal yang penting diantaranya Youtube adalah media sosial yang paling sering digunakan/dikunjungi baik di Indonesia maupun secara global, sedangkan Facebook merupakan media sosial yang paling banyak digunakan generasi boomer 50 tahun ke atas. Twitter lebih banyak digunakan oleh golongan pekerja, akademisi millenial umur 18-49 tahun, Instagram didominasi oleh golongan muda 13 - 29 tahun, dan Tiktok merupakan media sosial yang sedang trending di hampir semua kalangan sampai umur 64 tahun, karena kontennya yang menghibur. Oleh karenanya untuk membangun media sosial perlu memantau pembicaraan terkait lembaga di media sosial,  pilih untuk aktif di platform tertentu sesuai sumberdaya,  berbagi grafis/video/materi kreatif berbasis data dan fakta serta dibutuhkan video kreasi yang singkat untuk Instagram atau YouTube yang informatif.

Workshop bertema ‘Produksi dan Pemanfaatan Media Sosial Pemerintah’ dibuka Sekretaris Badan Litbang SDM Kominfo Haryati yang mengatakan bahwa pranata humas yang pada masa sekarang ini sudah masuk era revolusi industri 4.0 mendapatkan tantangan yang lebuh besar untuk dapat menjalankan tugasnya dengan lebih profesional untuk menyampaikan informasi dan komunikasi. “Pada masa pandemi kita didorong untuk dapat memanfaatkan sarana komunikasi demi tetap berjalannya aktivitas informasi dan komunikasi” katanya. Menurutnya pranata humas dapat memanfaatkan media sosial dalam pekerjaannya karena tidak mengenal jarak dan waktu. Menurut Plt. Kepala Pusat Diklat Kominfo Isnaldi kegiatan digelar selama 3 hari dengan tujuan meningkatkan kompetensi pranata humas yang profesional dan bertanggungjawab. Wokshop diikuti oleh 42 orang dari berbagai instansi seperti Kementerian Agama, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, BKKBN, BRIN, BPS dan UNY sebagai salah satu utusan dari perguruan tinggi.

Pembicara lain dalam workshop ini adalah dosen Universitas Indonesia Devie Rahmawati yang menyampaikan bahwa kunci komunikasi di era digital adalah 5C yaitu credibility, content, context, channel dan contagious. Sedangkan kunci untuk berkomunikasi dan dekat dengan netijen adalah memiliki perbedaan, gaya dan kontennya relevan dan menarik bagi kaum milenial, bervalue dan tujuan untuk masyarakat luas, jalin komunikasi bottom-up serta beri reward. “Generasi milenial itu generasi yang cepat bosan” paparnya. Oleh karenanya untuk membuat mereka tertarik pada konten maka harus dibuatkan konten digital yang atraktif, visualnya menarik, ringan dan menghibur serta buatlah event keren dengan host populer dan promosi yang viral. “Percayalah, mereka tidak akan segan posting di medsos pribadinya” tutur Devie. Pada workshop ini peserta diberi pencerahan tentang sosial media pada pemerintah termasuk publikasi konten medsos, diseminasi konten, disain visual dan pengenalan aplikasi penyuntingan baik video atau foto. (Dedy)