Sekelompok mahasiswa UNY melakukan kegiatan pengabdian pada Masyarakat dengan memanfaatkan limbah kelapa di Kalurahan Tayuban, Panjatan, Kulon Progo. Mereka adalah Sulis Insatul Mutakafi’ah (Pendidikan Ekonomi), Nabila Novitasari (Biologi), Putri Primadani (Pendidikan Teknik Busana), Rahma Primadani Putri (Pendidikan Kimia), dan Muhammad Shiddiq Wicahyo (Pendidikan Teknik Mekatronika). Para mahasiswa tersebut melakukan pemberdayaan anggota PKK Kalurahan Tayuban melalui diversifikasi olahan bahan dan limbah kelapa berbasis kearifan lokal sebagai upaya menuju desa prima.
Menurut Sulis Insatul Mutakafi’ah, mereka melihat bahwa di Kalurahan Tayuban hasil buah kelapa yang sudah dipanen sebagian besar didistribusikan ke wilayah lain tanpa adanya pengolahan lebih lanjut dengan kondisi buah yang sudah terkupas. Hal ini menyebabkan adanya tumpukan limbah kulit kelapa di lingkungan sekitar. Padahal buah, kulit, dan tempurung kelapa bisa diolah dengan berbagai karya yang bernilai ekonomis tinggi. “Untuk itu perlu upaya diversifikasi olahan bahan dan limbah kelapa untuk meningkatkan nilai ekonominya serta pendampingan digital marketing dan keuangan. Program pendampingan yang akan kami laksanakan berupa pembuatan biochar, cocopeat, dan lilin aromaterapi” kata Sulis, Minggu (21/7).
Nabila Novitasari menambahkan bahwa kegiatan yang diadakan di Tayuban meliputi pelatihan pendampingan pembuatan biochar dari tempurung limbah kelapa dengan metode pyrolysis, pembuatan cocopeat dari serabut limbah kelapa dan pembuatan lilin aromaterapi dari buah kelapa dengan nama program ‘Cocobaroma’. “Melalui program Cocobaroma ini, kami memberi solusi bagi Kalurahan Tayuban untuk mulai memanfaatkan potensi wilayah dengan mengubahnya menjadi aneka macam produk yang tentunya bernilai ekonomis. Hal ini sejalan dengan visi Kalurahan Tayuban menjadi Desa Prima” ujar Nabila.
Rahma Primadani Putri menjelaskan pengolahan limbah kelapa adalah dengan pembuatan biochar dan cocopeat, sedangkan untuk pengolahan buah kelapa adalah dengan pembuatan lilin aromaterapi. “Biochar adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organic melalui proses pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas atau pyrolisis” papar Rahma. Aplikasi biochar ke lahan pertanian (lahan kering dan basah) dapat meningkatkan kemampuan tanah menyirnpan air dan hara, memperbaiki kegemburan tanah, mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan perkembangan penyakit tanaman tertentu serta menciptakan habitat yang baik untuk mikroorganisma simblotik. Aplikasi biochar mampu memberikan efek positif terhadap stabilitas agregat tanah, retensi air dan hara akibat peningkatan karbon tanah.
Alat dan bahan pembuatan biochar adalah tungku pembakaran, alat tumbuk, tempurung kelapa dan air. Cara membuatnya tempurung kelapa dikeringkan lalu masukkan dalam mesin. Kayu bakar dimasukkan dalam drum lalu bakar tempurung kepala secara pyrolysis selama 3 jam. Arang dikeluarkan dan siram dengan air kemudian keringkan di bawah sinar matahari. Tumbuk hingga halus dan biochar siap digunakan.
Diungkapkan Muhammad Shiddiq Wicahyo, cocopeat adalah serbuk dari serabut kelapa dengan pH antaran 5,0 hingga 6,8 sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman apapun. Media tanam menggunakan cocopeat biasanya digunakan dalam metode hidroponik. “Cocopeat dapat meningkatkan serapan unsur hara, mengurangi pencucian hara, menambah daya tampung air, mengurangi cucian hara dan degradasi kesehatan tanah, meningkatkan KTK, meningkatkan biomassa dan kelimpahan mikro organisme, dan membantu menetralkan pH tanah” tegasnya.
Bahan dan alat pembuatan cocopeat adalah toples, gelas ukur, sarung tangan, gula pasir, larutan starter dan air. Larutan starter dapat menggunakan pupuk organik cair. Cara membuatnya pisahkan cocofiber dan cocopeat menggunakan sisir besi lalu masukkan serbuk cocofeat dalam larutan, aduk sampai rata. Campurkan 30 gr gula pasir dan 30 ml EM4 dalam 2 liter air, lakukan fermentasi selama 2-6 minggu dalam suhu ruang, pastikan wadah tertutup rapat. Cocopeat siap digunakan.
Cocopeat dan biochar merupakan media tanah yang dapat digunakan untuk bercocok tanam, baik tanaman hias, sayuran, ataupun tanaman lainnya. “Namun terdapat perbedaan antar keduanya dimana cocopeat memiliki kemampuan dalam menahan air, sedangkan biochar memiliki kemampuan untuk menahan air, menaikkan pH tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik sehingga mudah diserap oleh tanaman” tegas Putri Primadani. Apabila cocopeat dan biochar digunakan secara sendiri-sendiri dapat memberikan manfaat yang baik bagi tanaman, tetapi apabila keduanya digunakan secara bersamaan akan memberikan manfaat yang lebih untuk tanaman. Menurut anggota UKM Penelitian UNY itu komposisi yang tepat dalam penggunaan cocopeat maupun biochar dengan menggunakan tanah apabila tidak dicampurkan keduanya adalah 1:1, sedangkan apabila cocopeat dan biochar digunakan secara bersamaan maka komposisi antara tanah dengan keduanya adalah 2 : 1.
Kegiatan ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Belmawa Kemendikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKM-PM tahun 2024.