Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melaksanakan kegiatan studi lapangan Ilmu Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, tepatnya di Padukuhan Gunung Kelir, Jatimulyo, serta Padukuhan Tegalsari, Purwosari. Kegiatan berlangsung selama dua hari satu malam baru-baru ini, dan diikuti oleh 88 mahasiswa yang didampingi dua dosen pengampu mata kuliah.
Fokus pembelajaran lapangan mencakup dua tema utama: konservasi burung di Desa Jatimulyo serta konservasi tanaman obat keluarga (TOGA) di Desa Purwosari. Untuk mengoptimalkan proses penyerapan materi, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok berjumlah masing-masing 44 orang yang ditempatkan sesuai topik praktik.
Pengambilan data dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara dengan berbagai komunitas masyarakat. Di Padukuhan Gunung Kelir, kelompok mahasiswa berinteraksi dengan Karang Taruna, PKK, komunitas petani palawija, komunitas peternak, serta pengelola ekowisata Sungai Mudal. Sementara di Dusun Tegalsari, mahasiswa menggali informasi dari Kelompok Wanita Tani (KWT), Komunitas Lestari Purwosari, Karang Taruna, Kelompok TOGA, dan Kelompok Tani.
Selama kegiatan, mahasiswa mempelajari strategi pelestarian burung lokal serta pengelolaan habitatnya di Jatimulyo. Adapun di Purwosari, pembelajaran difokuskan pada pemanfaatan berkelanjutan tanaman obat keluarga sebagai upaya konservasi tumbuhan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Ketua panitia kegiatan Ramdan Agung Anugrah menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan pengalaman yang sangat berharga. “Sangat senang rasanya mendapat kesempatan belajar langsung tentang konservasi burung di Desa Jatimulyo sekaligus berinteraksi dengan masyarakat untuk menggali praktik konservasi yang telah berjalan. Banyak hal baru yang kami dapatkan selama dua hari satu malam berada di lokasi. Pesan saya, tetap semangat untuk teman-teman komunitas konservasi burung di Jatimulyo. Terima kasih sudah membersamai kami. And last but not least, tetaplah berdampak positif untuk lingkungan dan masyarakat” ujarnya.
Pengalaman serupa juga dirasakan oleh peserta lainnya, Oktaviana Ersa Ramadhani menilai bahwa keterlibatan langsung dengan masyarakat membuat proses belajar menjadi jauh lebih bermakna. “Kegiatan studi lapangan kali ini terasa sangat berbeda karena kami berinteraksi langsung dengan masyarakat sehingga mendapatkan banyak sekali ilmu bermanfaat terutama dalam kaitannya dengan konservasi,” ungkapnya.
Dosen pengampu mata kuliah, Rio Handziko, berharap kegiatan ini mampu memperkuat pemahaman mahasiswa tentang pentingnya konservasi sumber daya alam serta mendorong penerapan keilmuan dalam konteks nyata sehari-hari. Ia menambahkan bahwa program berbasis pengalaman langsung seperti ini akan terus dikembangkan untuk memperkaya proses pembelajaran.
Kegiatan ini sekaligus mendukung capaian SDGs, khususnya SDG 4 (Quality Education), SDG 11 (Sustainable Cities and Communities), dan SDG 15 (Life on Land), melalui pembelajaran lapangan yang berbasis konservasi dan pelibatan langsung masyarakat.
English