Saya tidak menyangka perjalanan pengabdian yang saya kira berat tetapi semua berbanding terbalik ketika mulai dijalani dengan ikhlas, karena niat dan komitmen yang dibuat sebelum memutuskan untuk mendaftar Kampus Mengajar. Keputusan besar yang saya ambil ketika memutuskan untuk mengambil langkah kontribusi nyata sebagai salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi ‘Pengabdian Kepada Masyarakat’. Inilah curahan hati Eko Prastyo, seorang guru kegiatan Kampus Mengajar yang ditempatkan di SD 3 Sadang Kabupaten Kudus Jawa Tengah. “Tidak pernah terbayangkan bahwa saya menjadi seorang guru yang duduk di dalam kelas dan memberikan materi kepada siswa, tapi semua itu bisa saya dapatkan ketika saya mengikuti Kampus Mengajar” kata Eko Prastyo, Kamis (21/7).
Alumni SMAN 1 Jekulo Kudus tersebut memaparkan, salah satu pengalaman yang tidak terlupakan adalah saat menghadapi salah satu siswa di SD 3 Sadang yang berkebutuhan khusus. Kebutuhan khusus yang diderita oleh si anak adalah tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakkan sehingga ketika berjalan mengalami kendala dan untuk menulis juga masih susah karena kadang tangan kanannya kaku dan sulit untuk digunakan. Siswa kelas 5 tersebut diberikan ruang khusus untuk guru memberikan bimbingan secara langsung, sedangkan siswa yang lain fokus pada mata pelajaran yang sedang diajarkan. “Saya berikan latihan untuk membaca, menulis dan menghitung garis sederhana agar bisa sedikit mengerti mengenai calistung agar bisa seperti teman-temannya dikelas” kata Eko. Anak pasangan Nur Kholis, seorang buruh dan Darminah, karyawan swasta tersebut juga memberikan pelajaran atau pelatihan mengenai penggunaan laptop untuk media pengerjaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Walau agak sulit namun siswa berkebutuhan khusus itu mau untuk mencoba cara mengetik nama, berhitung secara sederhana dan membaca soal sedikit demi sedikit di website latihan soal AKM yang memuat mengenai literasi dan numerasi. Dan pada saat AKM berlangsung siswa berkebutuhan khusus itu diberikan ruangan tersendiri oleh wali kelas untuk mengerjakannya, sedangkan siswa yang lain diawasi oleh guru dari sekolah lain.
Menurut mahasiswa program studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta itu, teknik lainnya untuk tetap memberikan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus ini adalah dengan cara memberikan waktu lebih untuk belajar mengenai calistung yang sesuai dengan keinginannya pada saat itu. “Hari ini dia ingin belajar menulis berarti saya memberikan pelajaran menulis kata atau kalimat atau mungkin dia ingin membaca berarti saya memberikan buku bacaan untuk dibaca kata per kata atau kalimat serta begitupun dengan menghitung” kata Eko. Hal itu dilakukan agar pembentukan kultur pembelajaran pada dirinya mulai terbentuk karena pembelajaran yang fleksibel karena sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam waktu 4 bulan siswa tersebut akhirnya bisa sedikit menulis, membaca dan menghitung dengan semangat belajar yang luar biasa.
Warga Bulung Cangkring Jekulo Kudus tersebut merasa sangat bersyukur karena diberikan keluarga baru yaitu para guru yang luar biasa baik dan perhatian. “Kami dianggap seperti keluarga baru mereka, setiap hari kami diberikan motivasi dan kata-kata yang saling menguatkan sebelum para guru masuk ke kelas” katanya. Agenda makan siang bersama adalah hal yang paling ditunggu dimana para mahasiswa Kampus Mengajar bisa bercengkrama bersama para guru mengenai apa saja yang telah dilalui hari ini selama beraktivitas di sekolah. Sebuah hal kecil tetapi mahal harganya karena tidak semua anak bisa merasakan keberuntungan memiliki keluarga kecil yang hangat dan saling mengerti satu sama lain. Walau pada awalnya bukan hal yang mudah melakukan pendekatan kepada siswa dengan banyaknya karakteristik anak-anak dikelas, tetapi itulah yang menjadi tugas utama Eko sebagai seorang mahasiswa kampus mengajar yang harus bisa mengambil hati muridnya. “Hingga pada akhirnya semua sudah bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu anak-anak bisa menerima saya ketika di dalam kelas dan bisa belajar bersama dengan nyaman serta lingkungan kelas yang sehat” ujarnya.
Mahasiswa dengan indeks prestasi kumulatif 3,74 tersebut berpesan, kampus mengajar merupakan ruang yang luar biasa untuk bisa bertemu dan bertukar pikiran bersama orang-orang hebat di luar sekaligus bangga menjadi keluarga besar dari Kampus Mengajar. Sebagai anak muda hendaknya menggunakan masa muda dengan banyak hal yang positif. Jangan pernah menyia-nyiakan masa muda karena sebaik-baiknya manusia di dunia ini adalah dia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. (Dedy)