BERSAMA KOMUNITAS SINAMBIDOLAN, BELAJAR MENJADI MENYENANGKAN

1
min read
A- A+
read

Belajar melalui lingkungan merupakan hal yang sangat diperlukan, sehingga seseorang tidak hanya mengetahui pengetahuan melalui buku saja, tetapi bisa melihat realitas yang ada di lingkungan. Namun, saat ini belajar melalui lingkungan sering dikesampingkan. Hal inilah yang membuat persepsi seseorang bahwa belajar itu selalu menjenuhkan. Untuk menghilangkan persepsi tersebut dan membuat belajar menjadi menyenangkan, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Ervina Wulandari, Sarnawati, Ayi Zamaliha, Renandita Wulandari, Branan Dhana Wikanta, Ninda Sintya Dewi, Widya Rahmayana, Mega Afriliani Dewi, dan Muhamad Hasan Fanani bentuk komunitas Sinambidolan.

Ervina Wulandari menjelaskan sinambidolan merupakan kepanjangan dari Sinau sambi Dolan yang berarti belajar sambil bermain. Program ini dibuat agar pembelajaran tidak hanya terfokus pada ranah kognitif saja tetapi belajar dilakukan sambil bermain karena bermain juga penting dilakukan untuk mengembangkan aspek psikomotorik, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Selain itu, komunitas ini dibentuk agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan menghidupkan kembali permainan tradisional.

“Komunitas Sinambidolan merupakan komunitas yang berfokus pada anak-anak. Komunitas ini mengajak anak-anak untuk lebih aktif dan akrab dengan teman sebayanya di tengah perkembangan teknologi saat ini. Permainan tradisional diangkat kembali untuk mengenalkan kepada anak sekaligus sebagai sarana dalam pembelajaran” paparnya

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi tersebut menambahkan, komunitas ini melibatkan anak-anak dengan rentang pendidikan PAUD sampai dengan Sekolah Dasar. Rentang pendidikan tersebut dipilih karena sesuai dengan karakter anak-anak yang masih menyukai bermain. Anak-anak dalam komunitas Sinambidolan ini adalah anak-anak yang tinggal di Dusun Mlati, Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Sleman DIY. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anak-anak di desa tersebut, yang berantusias untuk belajar. Namun, anak-anak tersebut tidak menyukai belajar seperti disekolah, karena dianggap menjenuhkan sehingga banyak yang tidak memperhatikan pembelajaran walaupun mereka datang ketempat belajar.

Melalui komunitas ini anak-anak diharapkan mampu mendapatkan pengetahuan baru dengan mengikuti pembelajaran berbasis lingkungan. Selain itu, proses belajar sambil bermain yang dilakukan diharapkan mampu untuk meningkatkan nilai sosial seperti kerja sama, solidaritas, dan meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan teman-temannya. Tidak kalah pentingnya, tema permainan tradisional, diharapkan mampu mengangkat permainan-permainan lama yang saat ini telah tergantikan oleh teknologi. (Eko)