Berangkat Dari Pelosok Kalimantan, Dias Raih Prestasi Membanggakan di UNY

Bartolomius Dias

Mahasiswa UNY Bartolomius Dias yang akrab dipanggil Dias adalah warga pelosok Kalimantan, tepatnya Desa Upe, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat yang cukup jauh dari perkotaan dimana aksesnya pun harus melewati jalan tanah kuning yang akan rusak ketika diterpa hujan. Keadaan tersebut sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat Desa Upe dimana salah satu kendala adalah transportasi.

Pria kelahiran 24 Agustus 2002 tersebut diterima pada program studi D4 Manajemen Pemasaran Fakultas Vokasi UNY. Perjuangan Dias hingga bisa sampai di Yogyakarta tidaklah mudah. Dikisahkan bahwa ayah Dias, Kosmas Ko’ong berprofesi sebagai petani, kadang juga sebagai sopir sedangkan ibunya, Siti Lolita seorang ibu rumah tangga. “Saya menempuh Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Seribot. Kadangkala saya mengendarai sepeda atau diantar ayah saya menggunakan sepeda motor sejauh 4-5 kilometer melewati akses jalan yang kurang memadai. Saya kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bonti yang berlokasi di kota paling dekat dengan rumah” kata Dias, Kamis (17/10). Pada saat SMP inilah Dias merasakan pahit getir kehidupan karena ekonomi yang menurun. Agar tidak membebani orang tua, Dias berjualan buah, bertani, bahkan pernah menjadi pemungut sampah dan pengutip barang bekas untuk menambah uang saku.

Setelah lulus SMP, Dias mencoba peruntungan mendaftar di salah satu sekolah favorit di kota. Awalnya orang tuanya menolak karena khawatir berada jauh dari rumah dan tidak bisa membantu orang tua seperti biasanya. “Namun dengan tekad dan ikhtiar, saya meyakinkan mereka agar bisa melanjutkan bersekolah karena saya pikir bahwa dengan melanjutkan pendidikan dapat menjadi jalan untuk membuka pikiran saya lebih luas dan menjadi langkah untuk mengembangkan diri” ujarnya. Ikhtiarnya itu membuahkan hasil dimana Dias diterima di SMA Negeri 1 Sanggau, Kalimantan Barat. Walaupun jauh dari orang tua namun hal itu tentu tidak mematahkan semangat untuk berdinamika dengan baik di bangku SMA walaupun lagi-lagi masalah ekonomi kembali menerpa. “Kami hampir menyerah atas keadaan tersebut. Berbekalkan tekad, kami kembali bangkit. Kedua orang tua saya tetap mendukung agar saya melanjutkan pendidikan. Peristiwa itulah yang menjadi titik balik yang membuat saya bertekad untuk berprestasi dan terus berkembang” lanjut Dias.

Menjelang tahun 2020, Dias dilanda kebingungan ketika harus memilih antara melanjutkan pendidikan di bangku kuliah atau berhenti cukup sampai bangku SMA dan mencari pekerjaan. Setelah berpikir dengan matang, kedua orang tuanya memutuskan, jika Dias ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, maka harus bisa membiayai diri sendiri terlebih dahulu hingga ekonomi keluarga membaik. Dias akhirnya mendapatkan pekerjaan dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kalimantan Barat, Universitas Tanjungpura. Ia berkuliah sambil bekerja karena kegiatan perkuliahan saat itu dilakukan secara full daring atau online karena saat itu juga merupakan masa Covid-19. Seiring berjalannya waktu, tidak sedikit kendala yang dihadapi, apalagi ketika harus membagi waktu dengan seimbang antara mempertahankan nilai akademik di perkuliahan dan bekerja di bawah tekanan sebagai supir. “Hingga saya berada di titik dimana saya berpikir bahwa pekerjaan ini bukanlah jalan yang harus saya tempuh karena adanya banyak kendala, insiden, dan kecelakaan yang melibatkan saya saat itu” katanya. Dias pun memilih untuk keluar dari pekerjaan dan memilih fokus untuk kuliah sembari mencari pekerjaan yang lebih ringan. Pernah juga mendapatkan pekerjaan sebagai seorang Cleaning Service di sebuah kafe di Pontianak namun keluar karena merasa tidak mampu dengan tekanan yang diberikan serta membagi waktu dengan kuliah.

Bertekad bulat, Dias mengikuti UTBK (Ujian Tertulis Berbasis Komputer) kesempatan terakhirnya pada tahun 2022 dengan harapan diterima di universitas pilihannya. “Awalnya, saya tidak terpikirkan untuk mendaftar ke UNY karena saya pikir, UNY begitu sulit untuk ditembus. Namun, saya merasa mempunyai keyakinan untuk mencoba. Keyakinan tersebut berbuah baik ketika saya dinyatakan lolos UTBK di UNY” syukur Dias. Ia berangkat dari Kalimantan dan menapakkan kaki untuk pertama kalinya di Pulau Jawa hanya dengan apa yang dimiliki disertai juga dengan restu kedua orang tua. Keinginannya untuk mendapatkan beasiswa KIP-Kuliah pun terwujud hingga Dias bisa menjalani kuliah dengan maksimal.

Setelah menjalani perkuliahan selama satu semester, Dias mendapatkan inspirasi dan banyak hal yang membuka pikiran untuk membuat gebrakan terbaru untuk meningkatkan kapasitas diri. Ia kemudian mengikuti salah satu kompetisi esai tingkat nasional dan mendapatkan juara pada kompetisi tersebut. “Dari sanalah saya menemukan bahwa saya memiliki ketertarikan pada bidang penelitian. Saya juga mengembangkan relasi dengan orang-orang berprestasi di Universitas Negeri Yogyakarta” katanya. Di tahun pertama dan kedua kuliah, Dias mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi di kampus mulai dari BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), UKMF (Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas) bidang penelitian, Organisasi Pengabdian, dan juga Organisasi Keagamaan. Tidak sia-sia, Dias meraih banyak prestasi terutama di bidang penelitian dan kewirausahaan.

Menurut Dias bisa berada di UNY adalah suatu anugerah karena berasal dari pelosok yang jauh dan kurang perhatian pemerintah. “Tentunya keinginan saya untuk bisa menjadi sebaik-baik orang yang bermanfaat bagi orang lain, yang bisa menjadi inspirasi untuk orang-orang, serta mampu menjadi teladan bagi orang lain, dan tentunya menebarkan manfaat di setiap langkah kita yang akan kita jalani di kemudian hari” harapnya. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam tujuan pembangunan berkelanjutan dalam bidang pendidikan dan mengurangi kemiskinan.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
MBKM