Bantu Petani, Mahasiswa Olah Salak Menjadi Pie dan Susu

Pie dan susu salak

Salak merupakan buah komoditas pertanian autentik yang berasal dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pada saat panen raya, pohon salak menghasilkan buah salak yang melimpah namun tidak sebanding dengan tingkat konsumsinya sehingga harga jual salak di pasar sangat murah. Hal tersebut karena petani hanya menjualnya secara langsung tanpa adanya pengolahan. Dengan demikian, diperlukan inovasi untuk memperpanjang umur simpan dan menambah variasi melalui produk olahan yang lebih inovatif. Hal ini menarik sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta untuk mengolah salah dalam bentuk lain. Mereka adalah Rubiyantiningsih, Oktavia Anggraini, Agnes Tessalonica Vibrianna, Rubaiatul Adawiyah dan Tri Hidayati yang tergabung dalam tim Wirausaha Merdeka UNY.

Para mahasiswa tersebut mengolah salak menjadi pie salak dengan produk sampingan susu salak. Menurut ketua kelompok Rubiyantiningsih pemilihan olahan salak menjadi pie dan susu salak karena kedua produk ini familiar di kalangan masyarakat utamanya kawula muda. “Variasi kue pie yang biasa dijumpai seperti pie susu yang merupakan oleh-oleh khas pulau Bali bercita rasa manis dan legit. Berbanding terbalik dengan pie salak yang memiliki cita rasa otentik yaitu, manis, gurih dan sedikit rasa asam” katanya, Senin (9/12). Ciri khas dari pie salak ini yaitu pada penggunaan selai salak yang terbuat dari 100% buah salak asli.

Oktavia Anggraini menambahkan, pie salak ini diberi nama Zalakuy diambil dari bahasa latin salak yaitu, Salacca Zalacca, sedangkan ‘Kuy’ sendiri adalah bahasa kekinian yang memiliki makna mengajak. Arti Zalakuy secara keseluruhan yaitu mengajak masyarakat untuk menikmati sajian olahan salak. Tujuan mulia dari adanya inovasi buah salak untuk menyalakan ekonomi petani salak, menjadi peluang bisnis lokal, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan membantu pertumbuhan ekonomi daerah. “Pengolahan salak juga membantu mengurangi pemborosan buah salak yang mungkin tidak terjual karena kondisi fisik atau kelebihan pasokan” ujar Oktavia.

Diungkapkan Agnes Tessalonica Vibrianna, pemasaran Zalakuy melalui beberapa platform sosial media, WhatsApp yang digunakan untuk perantara antara konsumen dan produsen dalam berkomunikasi, dan Instagram yang digunakan untuk menaikan branding pie salak dengan selalu mengunggah kegiatan usaha pie salak ini agar semakin dikenal banyak orang. “Selain Instagram sebagai media promosi, kami juga menggunakan Facebook dan juga Tiktok untuk mengunggah konten tentang usaha pie salak yang sedang berjalan. Tidak lupa kami juga membuat akun di aplikasi seller center supaya produk kita masuk di keranjang Tiktok, X dan Tokopedia, sehingga kita dapat memperjualbelikan produk kami disana” papar Agnes.

Produk Zalakuy juga akan tampil pada Expo Produk Mahasiswa Wirausaha Merdeka Angkatan 3 Tahun 2024 di Atrium Shinta Sleman City Hall pada Selasa-Rabu 10-11 Desember 2024.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
MBKM
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus