AJARKAN KESANTUNAN BERBAHASA MELALUI POP-UP BOOK

AJARKAN KESANTUNAN BERBAHASA MELALUI POP-UP BOOK

Fenomena perundungan atau bullying bukan suatu hal yang boleh dianggap remeh. Apabila tidak dicegah hal ini dapat mengancam kesehatan mental yang akan berimbas pada kesehatan fisik seseorang, kerukukan antarsesama, hingga integrasi bangsa. Namun, ada satu jenis perundungan yang masih sering dianggap remeh oleh kebanyakan orang, padahal efek yang ditimbulkan cukup dahsyat yaitu perundungan secara verbal. Perundungan secara verbal merupakan suatu bentuk pelanggaran nilai-nilai kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Kesantunan berbahasa inilah yang harus kembali ditanamkan dan dikuatkan dalam diri seorang individu. Bukan hanya untuk mengembangkan individu yang berkarakter, tetapi juga untuk menguatkan dan menjaga keutuhan bangsa.

Untuk mengajarkan kesantunan pada anak, sekelompok mahasiswa UNY membuat buku pop-up berisi cerita pendek yang ringan tentang penggunaan 4 kata ajaib yaitu maaf, terima kasih, tolong, dan permisi. Mereka adalah Mahira Clarita Garinihasna prodi pendidikan bahasa Inggris, Anis Safitri prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Dianita Astari prodi pendidikan ekonomi, Nadhila Hibatul Nastikaputri prodi bahasa dan sastra Indonesia serta Syaeful Anwar prodi pendidikan seni rupa. Menurut Mahira Clarita Garinihasna selain mengajarkan kesantunan berbahasa, buku pop-up ini juga bertujuan mengenalkan keragaman suku, agama, bahasa, dan budaya di Indonesia yang akan tampak pada pakaian tokoh, penggunaan bahasa, dan setting cerita. “Buku ini merupakan solusi bagi para orang tua untuk menanamkan karakter santun berbahasa dengan cara yang menyenangkan, membiasakan anak untuk senang membaca, dan meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak” katanya. Anis Safitri menambahkan, buku ini menceritakan seorang anak kecil bernama Rio yang datang ke Kampung Garuda Perkasa. Masyarakat di kampung ini berasal dari berbagai macam suku dan agama sebagai representasi Indonesia yang multikultur. Rio yang notabene anak modern belajar kesantunan berbahasa dari teman-teman barunya yang multikultur. Dari situlah Rio mengenal 4 Kata Ajaib yaitu maaf, tolong, terima kasih, dan permisi. Selain itu, Rio juga dapat belajar tentang keanekaragaman budaya yang ditampilkan oleh pakaian yang dikenakan oleh para penduduk Kampung Garuda Perkasa. “Produk ini merupakan inovasi media pembelajaran kesantunan berbahasa yang efektif dan menyenangkan untuk anak-anak” papar Anis.

Syaeful Anwar menjelaskan, alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan pop up book ini adalah gunting, cutter, penggaris dan lakban. “Bahannya kertas ivory, kertas karton, lem Castol dan lem Fox” katanya. Cara membuatnya pertama kali menentukan tema, lalu tentukan tokoh dan alur cerita. Berikutnya membuat kerangka cerita, mengembangkan cerita dan mempersiapkan alat dan bahan untuk membuat sampel. Kemudian membuat desain karakter dan warnanya, mencetak digital desain, memotong hasil cetak digital dan membuat pola pop up dan menempelkan potongan pola pop up yang sudah ditentukan tema dan sesuai urutannya untuk sampel produksi. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan tahun 2019. (Dedy)