SALEP KULIT SALAK ATASI BAU KAKI

1
min read
A- A+
read

Indonesia berada di iklim tropis yang cukup panas sehingga menyebabkan masyarakat yang mengalami pengeluaran keringat dengan frekuensi lebih tinggi terutama di bagian kaki. Keadaan kaki yang tertutup serta didukung suhu yang tinggi atau panas dapat menjadi salah satu faktor timbulnya keringat hingga bau tidak sedap pada kaki. Berdasarkan permasalahan  tersebut, mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan lotion dari bahan alam yang memiliki aktivitas jamur, sehingga dapat mengatasi permasalahan keringat, bau pada telapak kaki dan infeksi pada kulit.

Aditia Pramudia Sunandar dan Rahmanisa Laila Fitri prodi pendidikan biologi serta Asmi Aris prodi pendidikan kimia memanfaatkan kulit salak (Salacca zalacca) sebagai salah satu tanaman alam yang berpotensi sebagai antimikroba. Kulit salak merupakan limbah yang biasanya tidak terpakai lagi. Namun kulit buah ini juga mengandung senyawa yang dapat berguna sebagai antibakteri. Kulit salak merupakan limbah yang biasanya tidak terpakai lagi. Namun kulit buah ini juga mengandung senyawa yang dapat berguna sebagai antibakteri. Menurut Aditia Pramudia Sunandar hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daging dan kulit buah salak mengandung senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid. “Senyawa yang tidak terkandung pada kulit salak adalah saponin, steroid serta triterpenoid” kata Aditia “Kulit buah salak berpotensi sebagai obat tradisional karena senyawa yang dikandungnya berupa senyawa flavonoid yang dapat menurunkan kadar gula darah”. Rahmanisa Laila Fitri menambahkan kulit buah salak dapat digunakan sebagai senyawa anti bakteri karena mengandung flavonoid, tanani, dan alkaloid. “Flavonoid berperan sebagai antivirus, antibakteri, antiradang, dan antialergi” paparnya. Flavonoid menunjukkan toksisitas rendah pada mamalia sehingga beberapa flavonoid digunakan sebagai obat bagi manusia.

Asmi Aris menjelaskan, bahan yang digunakan untuk membuat lotion kulit salak antara lain kulit salak, etanol, nutrient agar (NA), aquades, Kultur jamur Trichophyton mentagophytes, Sabouraud Dextrose Agar (SDA), NaOH 0,01 N, HCl 0,01 N, amoxicilyne 500 mg, Cloromphenicol 10%, n-heksana, setil alkohol, asam stearat, Butylated hydroxytoluene (BHT),Virgin Coconut Oil (VCO), Trietanolamin (TEA), alkohol, kertaspayung, plastic wrap, alumunium foil, tissue, masker, danNipagin.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY untuk prosedur ekstraksidan Laboratorium Mikrobiologi jurusan Pendidikan Biologi untuk pengujian penghambatan jamur Trichophytonmentagrophytes. Langkah pertama penelitian tersebut adalah mengesktraksi kulit salak, lalu pembuatan media, uji antifungi, delipidasi ekstrak menggunakan n-heksana dan formulasi sediaan lotion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kulit salak yang mengandung flavonoid dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur ini, karena flavonoid ini membantu merusak spora-spora yang ada di jamur. Dalam lotion juga ada berbagai bahan, ada bahan yang berperan sebagai pelembab dan ada yang menyerap air. Penggunaan bahan ini bertujuan agar kaki tetap lembab, tidak terlalu basah dan terlalu kering. Dan selain itu lotion kulit salak juga mampu mencegah pertumbuhan bakteri Staphylococcus Epidermidis penyebab bau pada kaki. Karya ini berhasil meraih dana penelitian dari Fakultas MIPA UNY. (Dedy)