PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG EVALUASI PROGRAM KOMUNIKASI

PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG EVALUASI PROGRAM KOMUNIKASI

Evaluasi program komunikasi merupakan langkah untuk mendapatkan informasi tentang tingkat keberhasilan program komunikasi. Selanjutnya informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penataan dan perbaikan, sehingga program komunikasi di era industri 4.0 dapat dilaksanakan sesuai dengan dinamika perubahan sosial budaya di  masyarakat.  Orientasi  pengembangan  pengelolaan  program komunikasi harus senantiasa terkait dengan visi pembangunan bangsa. Hal ini disebabkan, secara teoretis terdapat pola hubungan timbal balik antara variabel pembangunan dan program komunikasi. Pembangunan yang sukses memerlukan dukungan program komunikasi, sebaliknya program komunikasi akan berkembang apabila proses pembangunan nasional juga berproses secara memadai. Demikian dikatakan Prof. Dr. Suranto, M.Pd., M.Si. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Evaluasi Program Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul ‘Evaluasi Program Komunikasi di Era Revolusi Industri 4.0’ itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Sabtu (23/11). Suranto adalah guru besar UNY ke-146.

Pria kelahiran Wonogiri, 6 Maret 1961 tersebut mengatakan, Berbagai gejala sebagai dampak hadirnya era revolusi industri 4.0 bukan lagi sekedar wacana, namun sudah menjadi realita. Dominasi teknologi internet telah mengubah tatanan kehidupan, sehingga muncul berbagai istilah untuk melabeli tatanan baru ini, seperti: Smart Factories, Industrial Internet of Things, Smart Communication  and  Information  Technology,  Strengthening of Digital Literacy, atau Advanced Manufacturing. “Meski memiliki penyebutan istilah yang berbeda, semuanya memiliki nuansa makna yang hampir sama yaitu untuk menggambarkan kondisi masyarakat dalam menghadapi era baru berbasis komputerisasi, digitalisasi, dan otomasi di segala bidang” kata Suranto. Menurutnya revolusi industri bersifat ambivalen seperti pedang bermata dua yang memiliki dampak positif, sekaligus berpotensi membawa dampak negatif. Dampak positif revolusi inndustri 4.0 adalah mengenai perbaikan kecepatan dan fleksibilitas proses penyebaran dan penerimaan informasi, peningkatan layanan informasi, kecepatan dalam memperoleh umpan balik. Namun, di samping dampak  positif, juga memiliki potensi dampak negatif yang harus dihadapi, yaitu berkurangnya kesempatan berkomunikasi secara interpersonal, munculnya resistansi nilai-nilai tradisional yang dipandang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman, ketidakstabilan kualitas ketahanan sosial, dan sebagainya. Revolusi industri ini berdampak pada proses otomasi dan digitalisasi segala lini kehidupan, baik dalam kehidupan sosial maupun pribadi.

Doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNY tersebut memaparkan, respon paling logis yang perlu dilakukan masyarakat Indonesia saat ini adalah menyiapkan kemampuan masyarakat dalam  menghindari  berbagai  dampak  negatif  revolusi  industri 4.0. Para akademisi dan praktisi komunikasi perlu meningkatkan komitmen untuk berpartisipasi meningkatkan kualitas SDM, terutama dalam keterampilan mengelola informasi, baik dalam kapasitas sebagai individu maupun kelembagaan. Dalam kehidupan organisasi, pihak yang paling bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi program komunikasi adalah Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) atau Public Relations. Di era digital ini, tugas Humas menjadi lebih kompleks. Dahulu seorang paktisi humas cukup mencermati berita dan pikiran pembaca dari beberapa media cetak. Namun sekarang informasi dan opini yang menyangkut organisasi dapat disebarkan melalui berbagai media, baik media massa mainstream, media on line, maupun media sosial sehingga distribusi informasi menjadi semakin cepat yang mendorong terjadinya fenomena banjir informasi. Di era banjir informasi, humas juga harus bisa selektif dan mengevaluasi peta media saat ini. Media massa berkembang pesat di Indonesia, terutama media-media massa berbasis digital. Sebagai PR yang merepresentasikan lembaga/instansi/perusahaan, harus bisa memanfaatkan berbagai channel komunikasi dan informasi secara efektif untuk mendukung keefektifan program komunikasi. (Dedy)