KENALKAN KARAKTER WAYANG MELALUI PUZZLE PANDHAWA LIMA

Krisis karakter yang menimpa disebabkan kurangnya penanaman nilai karakter pada bangsa Indonesia. Krisis karakter secara perlahan mempengaruhi cara berpikir anak-anak khususnya siswa sekolah dasar yang sejatinya adalah generasi penerus bangsa. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus dilakukan penanaman nilai karakter sejak dini di sekolah dasar. Wayang khususnya Pandhawa Lima memiliki karakter-karakter baik yang bisa diteladani anak. Pemerintah Provinsi DIY dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 tahun 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah mencantumkan kompetensi dasar untuk memahami wayang. Dengan mengenal dan memahami tokoh dan karakter Pandhawa Lima juga turut melestarikan budaya Indonesia. Namun pengenalan tokoh dan karakter wayang di sekolah dasar masih terpacu pada buku. Pengenalan tokoh dan karakter wayang Pandhawa Lima di kelas 2 sekolah dasar masih belummenggunakan media yang menarik. Padahal pada usia sekolah dasar anak sedang berada pada masa operasional konkret. Jika media yang digunakan kurang menarik maka pengenalan tokoh dan karakter wayang di sekolah dasar bisa menjadi kurang optimal. Berdasarkan hal tersebut mahasiswa program studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY membuat inovasi berupa Papama (Puzzle Pandhawa Lima) sebagai media pembelajaran pengenalan tokoh dan karakter wayang Pandhawa Lima. Mereka adalah Ika Septi Damayanti, Mahmud Arifin Za dan Feby Milenia Mahjatin.

Menurut Ika Septi Damayanti penanaman nilai karakter sejak dini tersebut dapat dilakukan melalui pengenalan tokoh dan karakter wayang khususnya Pandhawa Lima. Seiring berkembangnya jaman dan menjamurnya produk teknologi, kesenian wayang yang merupakan warisan budaya lokal asli nusantara mulai luntur. “Padahal wayang memiliki nilai historis yang panjang mengenai kebudayaan nusantara serta mengandung filosofi kehidupan yang sarat akan hakikat hidup” kata Ika. Mahmud Arifin Za menambahkan bahwa Papama ini berupa puzzle yang sudah disusun siswa sekolah dasar akan diaplikasikan menggunakan perangkat elektronik, lalu diproyeksikan dengan AR (Augmented Reality) sehingga pada layar perangkat elektronik yang digunakan akan muncul video penjelasan tentang tokoh Pandhawa Lima yang terdapat di kartu tersebut.

Feby Milenia Mahjatin menjelaskan, Papama merupakan puzzle kayu bergambar karakter wayang Pandhawa Lima sebagai media pembelajaran yang disisipkan dengan materi bahasa Jawa dannilai-nilai karakter. “Media Papamadidesain dengan sangat sederhana karena materi wayang Pandhawa ini disesuaikan dengan kurikulum kelas 2 sekolah dasar” katanya. Media ini terdiri dari 5 buah puzzle yang masing-masing puzzle berisi pengenalan tokoh Pandhawa lima serta karakternya untuk siswa kelas 2 sekolah dasar. Setiap puzzle didesain dengan gambar dan background colorfull supaya membuat parasiswa tertarik dan mudah dalam menangkap gambar dalam tersebut.

Kegiatan pengenalan Papama yang dilaksanakan di SDN Pergiwatu Kulonprogo tersebut melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pengenalan karakter tokoh pandhawa melalui gambar yang ada pada puzzle. Puzzle pertama bergambar karakter Puntadewa, puzzle kedua bergambar karakter Werkudara, puzzle ketiga bergambar karakter Arjuna, lembar keempat bergambar Nakula dan Sadewa, dan yang terakhir bergambar Pandhawa. Gambar pada puzzle dihubungkan dengan video tentang penjelasan karakter dari masing-masing tokoh wayang melalui perangkat augmented reality sehingga ketika gambar dalam puzzle dipindai, akan muncul video penjelasan tentang karakter tokoh tersebut dengan bantuan perangkat elektronik (smarthphone).

Papama membuat siswa antusias dan merasa tertarik karena selain belajar juga bisa sekaligus bermain. Namun pengaplikasian media ini juga perlu persiapan karena media ini disambungkan dengan gadget dan memerlukan LCD proyektor maka guru harus siap dengan kedua hal tersebut sebelum pembelajaran dimulai. Karya ini berhasil meraih dana penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. (Dedy)