GUTENT URGENT, HAL BAIK DI TENGAH PANDEMI

1
min read
A- A+
read

GUTENT URGENT, HAL BAIK DI TENGAH PANDEMI

Sejak wabah Covid-19 menyerang dan banyak kampus melakukan perkuliahan secara daring, Aris (mahasiswa Sastra Indonesia), Afif dan Syarif (mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman)  berembuk untuk membentuk sebuah kelompok usaha jasa. Kelompok itu kemudian diberi nama Gutent Urgent yang bergerak di bidang penitipan dan perawatan barang-barang yang tertinggal di kosannya, khususnya mahasiswa.

Kru Gutent Urgent; Aris, Afif, dan Syarif adalah mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Kelompok usaha jasa tersebut dimulai sejak bulan Maret, Berangkat dari keresahan mereka yang tidak memiliki pemasukan dan kebetulan memiliki mobil pick up yang bisa digunakan.

Banyak yang beranggapan bahwa Gutent Urgent adalah kelompok usaha milik Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman (Bund der Deutsch – Student/BDS). Padahal Gutent Urgen adalah usaha mandiri yang didirikan mahasiswa di luar Himpunannya. Gutent Urgen dapat dihubungi juga melalui @gutent.urgent di Instagram.

“Penamaan Gutent Urgent kami ambil karena tidak mainstream. Gutent Urgent juga kami artikan sendiri sebagai hal baik dalam keadaan mendesak,” ucap Aris saat diwawancarai pada Rabu, 30 September.

Sejauh ini, sudah ada 12—15 orang yang menggunakan jasa mereka, baik itu jasa penitipan, bersih-bersih indekos/sekretariat, dan juga pengiriman barang. Rata-rata yang menggunakan jasa Gutent Urgent adalah mahasiswa UNY, khususnya FBS.

“Sebagian besar memang dari FBS UNY karena kami juga berawal dari situ. Pernah juga mendapat order dari mahasiswa UAD (Universitas Ahmad Dahlan) dan UII  (Universitas Islam Indonesia). Pernah juga dimintai jasa untuk bersih-bersih sekretariat di UII,” ujar Aris.

Untuk melaksanakan usaha tersebut, Aris dan dua temannya menyewa kontrakan, di mana ada satu kamar khusus untuk barang yang dititipkan. Aris mengatakan bahwa normalnya ongkos untuk penitipan barang adalah Rp85.000, sedangkan untuk barang yang memiliki ukuran yang besar atau risiko yang tinggi seperti motor, Lemari, dan kasur, ongkosnya ditambah Rp25.000.

Aris berharap setelah perkuliahan kembali normal, ia dan kedua temannya ingin membuat usaha baru. Oleh karenanya, hasil dari sewa jasa Gutent Urgent ditekankan untuk modal usaha selanjutnya.

“Kalau hasil yang tidak seberapa ini dibagikan ke para kru termasuk saya, mungkin hanya habis untuk urusan perut. Makannya di sini kami lebih mempriotaskan hasil untuk modal usaha selanjutnya. Sekarang belum terpikirkan usaha apa, tapi pasti ada,” pungkas Aris. [Nursaid]