GERAKAN MEMANEN AIR HUJAN, MENJAGA BUMI TETAP LESTARI

GERAKAN MEMANEN AIR HUJAN, MENJAGA BUMI TETAP LESTARI

“… Jangan jenuh membantu alam, alam saja tidak pernah jenuh membantu kita! Kalau alam jenuh kan bahaya!!! Mari saling bersinergi sesama makhluk hidup” Demikian kutipan kampanye peduli lingkungan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat luas agar memanen air hujan. Gerakan ini dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), Adhis Tessa, melalui akun instagramnya.

Adhis Tessa menjelaskan, memanen air adalah upaya menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari, khususnya kebutuhan minum, masak dan MCK. Memanen air tidak biasa terdengar, khususnya bagi masyarakat yang kaya dengan sumber daya air. Namun, bagi daerah sulit air, khususnya wilayah kering, memanen air hujan adalah suatu perilaku harian mengatasi keterbatasan air yang ada di lingkungannya.

Sayangnya, lanjut Adhis, tradisi ini tidak menjadi prioritas utama masyarakat. Air hujan dibiarkan begitu saja dan sebagian besarnya mengalir melalui selokan, sungai dan sampailah ke laut. Sebelum air hujan sampai ke laut, limpasannya menggenangi wilayah permukiman, dan bisa saja menerjang apapun yang dilewatinya. Keadaan ini menjadi tanda bahwa bumi sesungguhnya telah jenuh, malas untuk menyerap air dari langit. Terlebih ketika bumi juga telah gundul tanpa banyak pohon tersisa, kejenuhannya semakin memuncak. Air langit dibiarkan begitu saja tanpa diserapnya secara maksimal akibatnya bencana banjir dan lonsor seringkali terjadi.

Melihat keprihatinan tersebut, Adhis Tessa tergerak untuk melakukan gerakan memanen air hujan. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung gerakan ini. Partisipasi bisa berupa penyediaan perlengkapan alat tampung, ruang atau lahan tempat penampungan, dan perasaan nyaman dalam memanfaatkan air hujan untuk berbagai kebutuhannya sehingga penting untuk memberikan pengetahuan dasar, ketrampilan, dan peningkatan kesadaran masyarakat bahwa bumi harus terselamatkan dari kejenuhan menerima air hujan.

“Peningkatan kesadaran dan partipasi memanen air untuk menyelamatkan bumi dari limpasan air hujan di kalangan anak muda, dapat disampaikan dengan pemanfaatan media sosial. Instagram, twitter, facebook, whatshapp dan lainnya menjadi media penyampai informasi. Kemampuan share informasi secara cepat dapat memantik kesadaran memanen air” jelas Adhis Tessa

Melalui instagram, lanjut Adhis Tessa, ruang diskusi dapat dilakukan secara terbuka dan komprehensif. Tukar menukar pengetahuan dari ahli dan pengalaman dari orang yang mempraktikkan pemanenan air hujan menjadi nilai tambahnya. Harapan besarnya, orang boleh jenuh main instagram, tetapi mereka tidak akan jenuh dalam menjaga bumi dari kejenuhan menerima air hujan. Memanen air hujan berarti kita menjaga bumi tetap lestari.(Eko)