Baru-baru ini, banyak tantangan baru dalam kehidupan sosial dengan ide-ide yang semakin yang berpotensi menghancurkan masyarakat dunia. Ide-ide yang kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai eksklusif, radikalisme-agama, patriotisme yang kuat, dan lebih banyak tujuan sosial yang berpusat pada komunitas yang mengabaikan dunia ini heterogen dan beragam. Nilai-nilai individu, munculnya intoleransi, dan tidak terkecuali dari nilai-nilai komunitas lain sebagai akibat dari pengabaian heterogenitas komunitas, akan mengganggu keseimbangan kehidupan masyarakat. Perubahan ini membawa dunia pendidikan, termasuk pendidikan ilmu sosial, untuk menghadapi tantangan besar terkait dengan persiapan lulusan dan masyarakat.
Disini Pendidikan Ilmu Sosial berperan dalam perubahan-perubahan sosial untuk siap melayani pelajar dari generasi milenium dekat dengan "kompetensi sipil" dan memfasilitasi peserta didik untuk memiliki kemampuan untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang kohesif yang lebih harmonis dan integratif. Melalui International Conference on Social Science and Character Education (ICoSSCE), yang mengambil tema "The Future of Social Studies Education in the Rise of Conservatism, Populism, and Nationalism" diharapkan dapat sedikit mengobati gejolak yang sedang terjadi di dunia ini.
ICoSSCE yang digelar pada 28 September 2019 dengan menghadirkan pembicara dari Australia, Malaysia, India, dan Indonesia antara lain Prof. Dr. Zarina Othman (UKM, Malaysia), Dr. Nadirsyah Hosen (Monash University, Australia), Dr. Kunal Mehta (LR DAV College Jagraon, India), Dr. Balraj Singh Brar (Punjabi University, India), Nasution, Ph.D (Universitas Negeri Surabaya, Indonesia), dan Dr. Supardi (Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia) memaparkan pandangan ilmiah terkait isu-isu sosial yang turut diusung dalam tema seminar. Seminar dibuka oleh Wakil Rektor IV UNY dan diikuti oleh 130 peserta yang meliputi mahasiswa, dosen, serta praktisi dengan Direktur PPs UNY, Prof. Dr. Marsigit, M.A. sebagai Keynote Speaker. (ant)