Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan jangan menjadikan kita sombong, dan kekurangan jangan menjadikan kita rendah diri, apalagi menghalangi langkah kita menuju kesuksesan. Yah, itulah sedikit yang bisa diambil dari sosok Denandha Putri Adhilani, Gadis yang biasa dipanggil Nanda, mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), peraih IPK tertinggi dalam Yudisium periode Februari 2019, yang digelar Senin (4/03) lalu di ruang sidang Ki Hajar Dewantara FIS UNY. Nanda gadis manis dan pintar ini berhasil menjadi yang terbaik setelah dinyatakan lulus dan mengantongi IPK 3,85 dengan predikat cumlaude / dengan pujian. Masa tempuh belajar 3,6 tahun dilalui Nanda dengan tidak mudah. Berbagai halangan, rintangan dan cobaan berhasil ia lalui. Dan itulah sebabnya Nanda, mendapatkan kesempatan untuk bertemu muka dengan Dekan secara langsung untuk memberikan selamat kepadanya.
Nanda, mungkin secara fisik berbeda dengan gadis sebayanya, mata sebelah kanannya tidak bisa melihat secara permanen karena kerusakan syaraf akibat tersengat serangga saat ia masih duduk di bangku SD, kelas 3 saat itu. Karena kerusakan syaraf mata yang dideritanya, dokter bahkan memvonis untuk memutus syaraf matanya, dan otomatis matanya harus diganti dengan bola mata palsu. Namun keluarganya tidak pantang menyerah dan mencari alternatif pengobatan lain, dan Alhamdulillah matanya tidak perlu diganti dengan mata palsu. Namun resikonya Nanda harus menjaga matanya agar tidak terlalu capek dengan membatasi penggunaannya.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki bukan menjadi halangan bagi Nanda untuk meraih mimpi. Menjadi dosen adalah impiannya. Untuk meuwujudkan impiannya tersebut, salah satu fase yang harus dia lakoni adalah lulus sarjana terlebih dahulu. Dengan mengambil judul skripsi “Konflik Pemilih Kepala Dusun Depok Ambarketawang, Gamping” berhasil dia garap bulan Oktober 2018 dan selesai awal Februari 2019. Waktu pengerjaan skripsi dan waktu tempuh kuliah yang sebentar itu menurut Nanda kuncinya adalah, jangan membuang waktu. “ Strategi yg saya terapkan adalah tidak menunda-nunda kerjaan. Setiap hari harus garap terus. Dan harus punya target dan tujuan supaya kita punya acuan untuk mencapai target.” Ungkap Nanda.
Salah satu quote yang Nanda sampaikan adalah “ Bukan tentang hasil yang kita dapatkan, tetapi Bagaimana kita bisa memaknai proses dan perjuangan yang kita lewati itu sendiri” (sari)