Upaya Peningkatan Mutu Kesehatan Masyarakat Guna Mewujudkan Indonesia Sehat

Pemateri seminar Prof. Nurfina Aznam

Konsep hidup sehat sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh dimana ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan/heriditer/penduduk). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan ditentukan oleh 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan kesehatan, dan 10% faktor genetika (keturunan). Dengan kata lain, faktor lingkungan yang dalam hal ini seperti menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi harus baik, menjadi faktor penentu tertinggi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun yang terjadi di masyarakat saat ini, dalam meningkatkan derajat kesehatan justru lebih tinggi pada pelayanan kesehatan yang artinya banyak masyarakat yang dilakukan pengobatan atau kuratif di fasilitas kesehatan tapi kebersihan lingkungan kurang diperhatikan. Hal ini disampaikan Prof. Ririh Yudhastuti dalam seminar nasional kimia yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu (19/3). Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien), namun sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat. “Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan” kata Ririh Yudhastuti. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga tersebut memaparkan bahwa dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Konsep Pemberdayaan Masyarakat dalam konteks kesehatan yaitu dengan memperdayakan masyarakat sebagai upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Pembicara lainnya Prof. Nurfina Aznam menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 mengedepankan gaya hidup baru yaitu dengan memperhatikan kebersihan, menjaga jarak, menggunakan masker, sering cuci tangan dengan sabun, menggunakan handsanitizer, tidak di ruang tertutup dan membatasi kerumun. Selain itu, yang diperlukan lagi adalah meningkatkan imunitas diri, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi yang yang berasal dari bahan-bahan yang memiliki senyawa bioaktif yang mempunyai aktivitas sebagai anti virus dan berfungsi sebagai immunomodulator/immune booster dan mengandung vitamin-vitamin dan mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahan makanan pokok tersebut antara lain beras merah, beras hitam, sorgum, ubu jalar, kacang-kacangan, sayur dan buah, juga produk-produk hewani seperti susu dan olahannya, telur dan madu. “Selain itu produk-produk makanan dan minuman yang berasal dari herbal, sangat bermanfaat sebagai immunomodulator. Meningkatnya sistem imun menyebabkan tidak mudah terjangkit suatu penyakit, dan kalau sakit akan memudahkan untuk pemulihannya” ungkap Nurfina Aznam. Guru Besar Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNY itu mengungkapkan bahwa banyak sekali tanaman obat asli Indonesia yang dapat difungsikan sebagai anti virus atau immunomodulator seperti jahe, kunyit, temulawak atau secang. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa secang mengandung senyawa aktif yaitu brazilin, dan komponen lain seperti flavonoid, curcumin, dan galangin memberikan potensi untuk mencegah infeksi dan replikasi virus. Kayu secang yang mengandung senyawa aktif brazilin, dalam bentuk ekstrak kayu secang memiliki potensi yang baik sebagai salah satu kandidat antivirus atau penghambat berkembangnya COVID-19. Senyawa brazilin yang memiliki energi rendah akan berinteraksi secara kuat dengan target protein virus sehingga mengganggu dan menghambat proses replikasi virus. Bahkan peneliti lain telah menemukan bahwa ekstrak secang sangat efektif menghambat replikasi Porcine reproductive and respiratory syndrome virus (PRRSV) pada sel MARC-145 yang telah diuji cobakan secara in vitro pada ternak.

Seminar diikuti oleh lebih dari 450 orang mahasiswa, dosen dan pemerhati bidang kimia. Dibuka oleh Pokja Kemahasiswaan dan Alumni UNY Dr. Pujianto mewakili Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, seminar ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY dalam rangka memotivasi mahasiswa dan masyarakat umum untuk turut serta meningkatkan mutu kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan ilmu kimia dan pendidikan kimia guna mewujudkan Indonesia Sehat. Ketua panitia kegiatan Indra Setiawan mengatakan seminar ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa dan masyarakat umum tentang upaya peningkatan mutu kesehatan masyarakat melalui pemaanfaatan ilmu kimia dan pendidikan kimia, memberikan informasi terkait upaya peningkatan sistem imun yang dapat dilakukan kimiawan dan masyarakat umum. “Utamanya sebagai media pembelajaran mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY untuk meningkatkan mutu kesehatan” paparnya. Hal ini juga sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan UNY pada bidang pendidikan bermutu dan kesehatan yang baik. (Dedy)