Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menunjukkan kiprahnya di kancah kolaborasi internasional melalui pengembangan modul elektronik bertema ekosistem laut. Dosen FMIPA UNY, Rio Handziko, M.Pd, kembali dipercaya bekerja sama dengan Faculty Mentoring Network – Online Content Experiential Learning On Tropical System (FMN-OCELOTS) yang diinisiasi oleh Iowa State University. Setelah sebelumnya berpartisipasi dalam program penggunaan modul elektronik, kali ini Rio mendapat kepercayaan lebih besar untuk menulis dan mengembangkan modul elektronik open-source yang dapat digunakan oleh pengajar di seluruh dunia.
Rio menjelaskan bahwa kolaborasi tahap kedua ini menghadirkan tantangan yang berbeda dan lebih mendalam. Jika sebelumnya hanya berperan sebagai pengguna modul, kini ia terlibat langsung dalam proses perancangan konten, pengembangan materi, hingga evaluasi modul bersama para mentor internasional FMN OCELOTS. “Kami berupaya menciptakan modul pembelajaran yang tidak hanya informatif, tetapi juga menghadirkan pengalaman belajar yang nyata tentang ekosistem laut,” ujarnya.
Dalam prosesnya, Rio menggandeng sejumlah kolega dari berbagai institusi, termasuk dosen perikanan dan ilmu kelautan Universitas Brawijaya serta peneliti bidang oceanografi dari BRIN. Modul yang dikembangkan berfokus pada metode pendataan terumbu karang dan ikan karang, dirancang dengan pendekatan experiential learning yang menghadirkan pengalaman langsung dari bawah laut. Tim pengembang bahkan melakukan penyelaman scuba untuk memperoleh data, foto, dan video asli dari ekosistem terumbu karang sebagai bahan ajar utama.
Modul elektronik ini memanfaatkan platform digital OCELOTS yang dikembangkan bersama Massachusetts Institute of Technology (MIT). Setiap tahap pengembangannya—dari penulisan hingga evaluasi—dilakukan secara kolaboratif dengan para ahli dan pengembang modul internasional. Tujuannya agar mahasiswa mampu memahami dan mempraktikkan pendataan ekosistem terumbu karang serta mengidentifikasi keanekaragaman ikan karang dengan metode ilmiah yang akurat.
Selain memperkuat kompetensi akademik dan literasi kelautan, inisiatif ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 14: Ekosistem Lautan dan SDG 4: Pendidikan Berkualitas. Dengan sifatnya yang open-source, modul ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh mahasiswa dari berbagai negara, termasuk yang tidak memiliki akses langsung ke laut.
Lebih jauh, Rio dan tim juga mengangkat literasi kelautan bernuansa Indonesia, dengan harapan dapat memperkenalkan kekayaan ekosistem laut Nusantara ke kancah global. Melalui pendekatan visual, naratif, dan ilmiah yang interaktif, modul ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran, tetapi juga wadah untuk menumbuhkan kepedulian terhadap keberlanjutan laut.
“Dengan modul ini, kami ingin menghadirkan lautan Indonesia ke ruang kelas dunia, agar semakin banyak mahasiswa terinspirasi untuk menjaga kehidupan bawah air,” pungkas Rio.