Sekelompok mahasiswa UNY membuat program untuk meningkatkan self-compassion sebagai strategi coping stress untuk mengurangi gangguan mental emosional yang dinamai Swara Jiwa. Mereka adalah Rufaida Nur Rahmi dan Armina Wulandari Prayitno (Psikologi), Jananhti Cucu Jayadi (Sastra Indonesia), Tita Aulia Rahmi (Teknologi Pendidikan) dan Fatimah Azzahra (Pendidikan Bahasa Inggris).
Menurut Rufaida Nur Rahmi program Swara Jiwa menggunakan intervensi Mindfulness-Self Compassion (MSC). “MSC merupakan kombinasi pelatihan yang berbasis pada mindfulness dan pelatihan belas kasih diri” kata Rufaida, Rabu (10/7). Pelatihan mindfulness membantu untuk menumbuhkan kesadaran luas dan keseimbangan batin sebagai dasar tindakan self-compassion. Harapannya individu tersebut dapat memiliki strategi coping stress yang lebih adaptif dan meninggalkan kebiasaan negatif yang merugikan.
Armina Wulandari menambahkan bahwa mereka menggandeng mitra Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Yogyakarta. “Mitra memiliki permasalahan yang berkaitan dengan kualitas kesehatan mental warga binaan, yaitu gangguan mental emosional yang diakibatkan karena strategi coping stress yang maladaptive” kata Armina. Kondisi tersebut berpengaruh pada berbagai hal, seperti rasa percaya diri yang rendah, pengalaman traumatis yang mengakibatkan stress, kesulitan berempati dan lebih lanjut mengakibatkan simtom kecemasan dan depresi yang meningkat. Padahal self-compassion merupakan komponen yang dapat mengurangi stres dengan meningkatkan self-regulation pada emosi negatif.
Kepala Rutan Kelas IIA Yogyakarta, Soedarto menyatakan bahwa stres yang dialami warga binaan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kecemasan menunggu vonis, kesulitan adaptasi, perasaan tidak berharga, dan tekanan yang sudah dirasakan sebelum mengalami masalah hukum. Soedarto, memaparkan beberapa kebutuhan untuk memenuhi hak kesehatan mental warga binaan diantaranya, pembinaan yang berfokus pada bidang psikologis, kegiatan positif berbasis terapi dan kerjasama dengan lembaga atau instansi lain berbentuk pengabdian dalam bidang psikologi.
Kepala Subsie Pelayanan Tahanan 2024, Andrea Astoto menegaskan bahwa Rutan Kelas IIA Yogyakarta memerlukan kerjasama dalam bentuk pengabdian terutama dalam bidang psikologi, sehingga program Swara Jiwa dari tim pengabdi, menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan rutan. “Kegiatan ini dapat membangun kolaborasi positif antara tim pengabdi dan petugas pemasyarakatan rutan yang memiliki keinginan untuk menjadikan Rutan Kelas IIA Yogyakarta yang humanis sehingga sejalan dengan kebijakan pemerintah” katanya.
Jananhti Cucu Jayadi menjelaskan pelatihan MSC memiliki durasi selama 3-4 jam dengan jumlah 10- 25 peserta yang dilakukan selama 8 sesi. Program PKM Swara Jiwa mengadaptasi dengan rincian program sebagai berikut knowing myself, forgiving myself, loving myself, create our hapiness, dan pasca event. Diberikan juga instrumen pre-test dan post-test bagi warga binaan dengan skala welas diri dan depression anxiety stress scales.
Keberlanjutan program pengabdian merupakan indikator adanya perubahan yang terjadi setelah terlaksananya program. Diungkapkan Tita Aulia Rahmi, keberlanjutan menjadi hal yang bersifat krusial agar penerapannya bisa dilakukan secara kontinuitas. “Upaya dalam melaksanakan keberlanjutan program, kami akan melakukan Training Of Trainer (ToT) petugas pemasyarakatan di Rutan Kelas IIA Yogyakarta serta memberikan buku pedoman mitra dan modul program Swara Jiwa” papar Tita. Selain itu timnya akan mengusulkan kerjasama antara Rutan Kelas IIA Yogyakarta dengan Progam Studi Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta supaya dapat melanjutkan program Swara Jiwa.
Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Belmawa Kemendikbudristek RI dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKM-PM tahun 2024.