Program studi S1 Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik UNY menyelenggarakan ‘Cullinary Innovation Festival 2024’ di Sleman City Hall, Sabtu (8/6). Kegiatan bertema ‘Tempe for Gen-Z: Tempecadabra’ merupakan bagian dari mata kuliah Inovasi Produk Boga.
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata DIY Iwan Pramana, SP., M.Ec.Dev., MIDS menegaskan bahwa budaya tempe di masyarakat Jawa khususnya sudah berkembang ke seantero dunia. “Berdasar riset BRIN, dari lima belas ribu kuliner Nusantara yang diteliti ternyata ada 625 kuliner berbahan dasar tempe” paparnya. Bahkan tempe yang berasal dari Indonesia telah menjadi kudapan di 27 negara. Iwan Pramana mengapresiasi kegiatan mahasiswa Pendidikan Tata Boga ini dan menginformasikan bahwa tahun 2024 melalui Forum Masyarakat Tempe, telah diajukan ke UNESCO agar tempe ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda. Harapannya tempe lebih bisa digemari oleh Gen-Z sehingga menjadi diplomasi budaya di dunia. Dinas Pariwisata DIY siap berkolaborasi untuk berbagai acara khususnya pengembangan ekonomi kreatif.
Festival dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Pendidikan Teknik Boga dan Busana Dr. Ichda Chayati dengan pemotongan pita. Menurutnya tema yang diambil merupakan cerminan keragaman perkembangan produk tempe dari lauk tradisional menjadi makanan yang bervariasi untuk mendukung perubahan pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan. “Gen-Z yang mempunyai selera makan masa kini dipertemukan dengan tempe yang mewakili selera tradisional” kata Ichda. Harapannya produk yang dihasilkan dari tangan mahasiswa akan memberi warna baru pada khazanah makanan berbasis tempe.
Ketua panitia festival Julianti Salma memaparkan tempe dengan kekayaan protein nabati dan nutrisinya telah menarik perhatian besar akhir-akhir ini. “Di tengah kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan, tempe muncul sebagai alternatif yang ramah lingkungan terhadap produk hewani” ujarnya. Bukan hanya itu, di Indonesia tempe telah mengakar kuat dalam budaya kuliner, dimana tempe telah menjadi hidangan keseharian atau dalam acara khusus. ‘Tempecadabra’ bukan sekedar tentang memilih makanan, melainkan juga tentang mengambil Langkah nyata untuk membangun kesehatan pribadi, merawat lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Tema ini tidak sekedar memperkuat nilai tempe sebagai makanan superior namun juga menjadi inspirasi agen perubahan dalam dunia kuliner yang lebih sehat.
Salah satu pengunjung, Jihan merasa senang dengan adanya festival ini karena memberi pencerahan pada masyarakat tentang olahan tempe kekinian. “Saya bisa membuat perbandingan kelezatan antara dimsum ayam dan dimsum yang terbuat dari tempe” katanya. Jihan berharap agar acara ini dapat terus dilakukan dan dikembangkan dengan olahan makanan lainnya.