Prodi KP UNY Selenggarakan Seminar Guna Menumbuhkan Semangat Patriotisme Dalam Jiwa Generasi Muda

2
min read
A- A+
read

Prodi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (KP FIPP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Selasa, 13 Juni 2023 mengadakan Seminar Antar Bangsa di Bulan Pancasila dengan tema “ Patriotisme Generasi Muda dalam Perspektif Pancasila dan Rukun Negara” yang bertempat di Gedung Abdullah Sigit lantai 3 FIPP.  Turut hadir dalam acara ini yaitu para Wakil Dekan FIPP, Kepala Departemen dan Sekretaris Departemen, seluruh dosen serta seluruh mahasiswa dari Prodi Kebijakan Pendidikan. 

Hadir sebagai narasumber pada acara kali ini yaitu Tan Sri Dato’ Sri Dr. Abdul Aziz bin Abdul Rahman (Universitas Malaysia Pahang). Prof. Dr. Mohd Mahzan (Universitas Kebangsaan Malaysia), Drs. Agus Wahyudi, M.Si., MA.,Ph.D (Universitas Gajah Mada) dan Dr. Shely Cathrin,M.Phil. (Sekdep Filsafat dan  Sosiologi Pendidikan FIPP UNY), dengan moderator Prof. Dr. farida Hanum,M.Si. (Profesor Sosiologi Pendidikan UNY)

Dr. Cepi Safrudin Abdul Jabar, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama yang hadir mewakili Dekan FIPP UNY dalam sambutannya mengatakan bahwa dirinya sangat bangga menyambut kedatangan tamu terhormat dari negeri Jiran serta para kolega dari Universitas Malaysia Pahang (UMP) dan Universitas Kebangsaan Malaysia. Cepi kemudian menjelaskan bahwa kunjungan para tamu dari Malyasia ini adalah kunjungan balasan setelah beberapa waktu yang lalu dirinya serta beberapa orang dosen dari Prodi Kebijakan Pendidikan bertandang ke UMP. Lebih lanjut Cepi mengatakan dirinya berharap seminar ini dapat bermanfaat untuk pengembangan keilmuan untuk Kawasan Regional ASEAN serta bisa membuat kita sadar agar jangan sampai kemajuan teknologi yang ada termasuk maraknya penggunaan Media Sosial (Medsos) mengikis rasa cinta terhadap tanah air. 

Atase Pendidikan EMI (Education Malaysia Indonesia ) Kedutaan Besar Malaysia, Encik Zulffadhil bin Hamzah dalam pidato sambutannya mengatakan bahwa dirinya sangat berharap setelah seminar ini hubungan antara Indonesia dan Malaysia menjadi semakin akrab mengingat begitu banyak kerja sama diberbagai bidang yang sudah terjalin selama ini seperti penelitian bersama serta pertukaran mahasiswa. Zulffadhil bin Hamzah juga menegaskan bahwa Malaysia dan Indonesia yang merupakan negara “serumpun” harus saling  menghormati namun tidak menghilangkan jati diri masing- masing.

Tan Sri Dato’ Sri Dr. Abdul Aziz bin Abdul Rahman (Universitas Malaysia Pahang), dalam paparannya menjelaskan bahwa rasa cinta tanah air ditanamkan sejak dini pada diri anak muda salah satunya melalui kurikulum yang diajarkan di sekolah, agar anak muda tidak kehilangan jati dirinya. Ia juga menegaskan bahwa dengan adanya rasa cinta terhadap tanah air, maka lahirlah seorang pemimpin yang Amanah serta tercipa kepemimpinan yang madani.

“Di Malaysia agama resminya adalah Islam, maka para pemimpin hendaklah berpegang teguh pada ajaran agama Islam dan Alqur’an,” ujarnya.

Narasumber kedua, Drs. Agus Wahyudi, M.Si., MA.,Ph.D (Universitas Gajah Mada) memaparkan bahwa tantangan untuk menjaga persatuan di Indonesia masih sangat besar terutama mencegah adanya konflik antar etnis. Agus Wahyudi juga menegaskan bahwa keragaman di Indonesia harus dihargai sehingga pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang baik bagi semua pihak. Ia juga mengingatkan bahwa rasa cinta tanah air harus ditanamkan sedini mungkin mulai dari lingkup keluarga. 

“Keluarga sangat berperan menciptakan masyarakat yang kuat dan hebat,”Imbuh Agus.

Prof. Dr. Mohd Mahzan (Universitas Kebangsaan Malaysia), menegaskan bahwa salah satu ciri orang yang cinta tanah air adalah menjadi warga negara yang baik yang menjalankan kewajibannya dan memahami kedududukannya. Ia juga mengatakan bahwa menyumbangkan tenaga serta pikiran demi kemajuan bangsa juga merupakan salah satu ciri orang yang memilikii jiwa patriotisme.

Dr. Shely Cathrin,M.Phil. (Sekdep Filsafat dan Sosiologi pendidikan FIPP UNY), sebagai narasumber terakhir dalam seminar ini mengungkapkan kekhawatirannya bahwa teknologi yang semakin maju justru menghilangkan semangat juang dalam diri para generasi muda.

“Kecanggihan teknologi telah melahirkan generasi muda yang malas berfikir, tidak sabaran dan tidak kreatif,” kata Shely.

Berangkat dari kekhawatiran tersebut, maka ia menjelaskan perlunya pelatihan kepemimpinan agar para generasi muda mempunyai jiwa yang mandiri, semnagt gotong royong dalam bingkai kebhinekaan serta memiliki karakter yang kuat.

Penulis: Khairani Faizah
Editor: Sudaryono
IKU