Tidak hanya fokus dalam kegiatan organisasi keagamaan semata namun Muhammadiyah sejak ratusan tahun yang lalu mempunyai kontribusi yang cukup banyak dalam dunia pendidikan di Indonesia, meski banyak yang belum menyadari hal tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka pada Selasa (12/10) Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Negeri Yogyakarta (DPP IKA UNY) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Membedah Sistem Pendidikan Muhammadiyah” yang diselenggarakan secara luring di ballroom gedung ika UNY dan diikuti secara daring oleh alumni UNY yang tersebar di berbagai daerah di tanah air. Maksud dari diselenggarakan seminar yang amasih dalam rangkaian Karangmalang Educational Forum 12 ini adalah untuk memberikan sedikit banyak gambaran kepada masyarakat luas tentang bagaimana Muhammadiyah mengambil peran penting dalam dunia pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendirikan lembaga pendidikan yaitu sekolah dari tingkat SD hingga SMU bahkan Universitas melalui sistem pendidikan yang inklusif.
Hadir sebagai narasumber dalam seminar ini yaitu Prof. Dr. Abdul Mu’ti M.Ed ( Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah), Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U ( Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) dan H. Aulia Lc, M. Hum ( Direktur Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta) dengan moderator Benni Setiawan, S.h.. M.Si. ( Dosen FIS UNY)
Ketua DPP IKA UNY Prof. Suyanto, Ph.D., sangat mengapresiasi adanya seminar ini karena dunia pendidikan selalu menjadi isu aktual yang menarik untuk dibahas. Dalam kesempatan ini Profesor Suyanto juga mengingatkan pentingnya kita memahami sejarah perjalanan bangsa terutama dalam dunia pendidikan lewat para ahli, saksi dan pelaku sejarah itu sendiri. Muhammadiyah sendiri jauh sejak zaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia sudah berusaha untuk membangun sebuah sistem pendidikan yang modern walau semua dimulai dari serpihan- serpihan hingga mampu membentuk sebuah sistem.
Rektor UNY, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., ketika memberikan sambutan mengaku sangat mendukung adanya seminar ini karena bisa kembali menyatukan dan memperererat tali silaturahmi antar alumni . Terkait dengan Muhammadiyah, Sumaryanto juga mengakui bahwa Muhammadiyah selama ini telah berhasil menciptakan generasi yang unggul lewat dunia pendidikan. “Muhammadiyah tidak hanya menjalankan syiar agama Islam namun juga berperan menciptakan nilai nilai sosial budaya dan tata laksana dalam kehidupan bermasyarakat,” tambah Sumaryanto.
Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa memajukan umat yang berarti juga memajukan bangsa merupakan pilihan utama dari gerakan Muhammadiyah. Kelompok- kelompok sosial yang sulit dipertemukan lewat sistem pendidikan yang bersifat dikotomi pada zaman Belanda berusaha diintegrasikan oleh Muhammadiyah lewat pendidikan yang tidak mengenal kasta sosial.
“Jika dulu pendidikan hanya dibagi dua yaitu pendidikan yang berbasis pada agama yang diajarkan di pesantren dan pendidikan non agama yang diselenggarakan oleh sekolah yang didirikan bangsa belanda, Muhammadiyah berusaha menyatukan keduanya lewat pendidikan yang modern,” paparnya. Tujuanya adalah tercipta generasi yang selain menguasai ilmu- ilmu non agama namun juga mendalami ilmu agama dan mampu membaca serta memahami Al- Qur’an yang menjadi kitab pedoman hidup bagi umat islam. Masih menurut Abdul Mu’ti, Muhammadiyah juga ingin membangun persepsi bahwa tidak ada pendidikan yang sekuler sepenuhnya karena semua ilmu pengetahuan pasti berlandaskan ilmu agama.
Narasumber yang lain yaitu Abdul Munir Mulkhan ketika menyampaikan materinya mengatakan bahwa seluruh gerakan di Muhammadiyah bisa disebut sebagai praktik pembelajaran pendidikan. Dalam penyelengaraan pendidikan Muhammadiyah membagi dua peran dalam “Penyelenggaraan pendidikan yaitu majelis untuk sekolah (Disdakmen dan Dikti) serta untuk luar sekolah (Tabligh). Tugas bagian Tabligh ini adalah mengajar masyarakat lewat guru atau Kyai yang terjun langsung ke desa sehingga masyarat di desa pun bisa belajar ilmu agama Islam dengan gembira,” ujar Abdul Munir Mulkhan.
Pendidikan di Muhammadiyah bertujuan untuk menyiapkan lingkungan yang memupuk kesadaran akan kehadiran ALLAH SWT sebagi Rabb dan juga dapat menguasai ilmu pengetahuan seni dan teknologi. Salah satu Peran Kyai dalam mengubah tata laku masyarakat terdahulu antara lain meluruskan tata laku penguasa dalam ritual. Mereka mengajak masyarakat memahami agama islam seutuhnya. Tidak hanya memurnikan ajaran islam, membangun musholla, mengajak warga kampung untuk sholat berjamaah adalah peran penting Muhammadiyah dalam mendidik masyarakat memahami ilmu agama secara menyeluruh.
“Kyai Ahmad Dahlan sendiri juga berpesan bahwa dalam mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan agama tidak hanya cukup dengan memahami namun juga harus “nglakoni” atau mempraktekkan,” tambahnya. Dalam paparanya, H. Aulia menerangkan bahwa Madrasah Mualimin sebagai pencetak kader yaitu ulama, pemimpin dan pendidik di masa depan yang kelak dapat membawa misi gerakan Muhammadiyah. Dalam mencitakan kader, Mualimin berusaha untuk mendorong siwa mempraktikkan pemaham agama mereka yang sesuai dengan prinsip- prinsip islam. Mualimin juga berkomitmen untu membentuk karakter para kader penerus agar bisa memiliki akhlak yang mulia.
“Kader yang dihasilkan mualimin juga harus memiliki keterampilan berbasis kompetensi untuk menjawab kebutuhan duniawi seperti menjadi dokter, insinyur, dosen namun tetap harus mengabdikan dirinya pada Muhammadiyah,” kata Aulia. Pada sesi tanya jawab, Abdul Mu’ti menambahkan bahwasanya Muhammadiyah juga sangat menyadari menyelenggarakan pendidikan adalah tugas negara, dalam hal ini, Muhammadiyah mengambil peran sebagi pendukung dengan menerapkan standar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. (Khairani Faizah)