PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUDAYA NGAYOGYAKARTA HADININGRAT

2
min read
A- A+
read

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUDAYA NGAYOGYAKARTA HADININGRAT

Tidak ada yang abadi di dunia, oleh karena itu perlu menjalankan pola hidup sehat terutama kesehatan mental juga mengatur uang dimana pengeluaran dijaga dibawah hasil yang kita peroleh. Sehingga perlu diupayakan adanya beberapa sumber penghasilan. Dan yang terpenting jangan kehilangan tepa selira atau tenggang rasa. Sebagaimana prinsip orang Jawa yang nyawiji atau sama antara pikiran ucapan dan tingkah laku, greget yaitu mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat dan kesungguhan, sengguh yaitu percaya diri dengan tidak menjadi sombong atau merendahkan orang lain serta mingkuh yang berarti tidak lari dari tantangan dan tidak takut menghadapi kesulitan. Demikian diungkapkan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sekaligus Ketua Harian Dewan Pertimbangan UNY dalam kuliah umum mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial (FIS) belum lama ini. Lebih lanjut GKR Hayu mengemukakan bahwa masyarakat Jawa pada umumnya dan DIY pada khususnya agar tidak melupakan sangkan paraning dumadi yaitu asal usul kita. “Dari mana kita berasal dan ke mana kita akan kembali, oleh karena itu manfaatkan hari-hari yang dilalui dalam hidup untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama” ungkap putri keempat Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan GKR Hemas tersebut. Wanita yang dulu bernama Gusti Raden Ajeng Nurabra Juwita tersebut mengingatkan untuk tidak melupakan manunggaling kawulo Gusti dimana rakyat butuh pemimpin dan pemimpin butuh rakyat sehingga dapat bergerak bersama sebagai satu kesatuan. GKR Hayu menutup paparannya dengan perlunya memiliki ketenangan batin dengan kesehatan mental dan jangan menunggu hingga broken heart, karena batin yang tenang jadi kunci menjaga kesehatan dan desperation berpotensi mengundang lingkungan yang salah. “Semua harus dicapai sendiri, tidak bisa dibeli atau diwakilkan” tutupnya.

Kuliah umum Pendidikan Karakter dan Etika Profesi tersebut diikuti oleh lebih dari 1000 orang mahasiswa baru FIS secara daring. Dosen pendidikan karakter dan etika profesi FIS Grendi Hendrastomo, MA mengatakan, sebagai salah satu perguruan tinggi kependidikan UNY berkeinginan untuk mengembangkan mahasiswanya tidak hanya unggul dalam hal ilmu pengetahuan saja tetapi juga memiliki karakter sebagai landasan berkehidupan bermasyarakat. “Dengan latar belakang budaya mahasiswa UNY dari beragam daerah menjadi kekayaan yang luar biasa sehingga turut memperkaya pertautan budaya di Yogyakarta” kata Grendi. Harapannya para mahasiswa dari luar Yogyakarta pada akhirnya akan menjadi bagian dari warga Jogja, sehingga perlu bagi mahasiswa mengenal Yogyakarta dari berbagai aspek, mulai dari aspek sejarah, sosial hingga budaya. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tentunya tidak sekedar simbol, ada sejarah dan budaya masyarakat DIY yang perlu diketahui oleh mahasiswa sehingga mereka dapat mengenal Yogyakarta, bisa beradaptasi dan menyelami falsafah/pedoman hidup untuk mengembangkan jati diri dan karakter adiluhung. Kegiatan bertajuk ‘Keistimewaan Yogyakarta dan Nilai-Nilai Karakter Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat’ ini merupakan pengejawantahan semangat penguatan karakter dengan mengenalkan budaya Jogja, keistimewaan Yogyakarta dan nilai karakter yang menjadi pedoman hidup masyarakatnya. Mahasiswa yang belajar di FIS perlu untuk menyelami budaya dan karakter masyarakat Jogja bukan untuk memaksa berubah dan menerima karakter budaya Yogyakarta, tetapi sebagai bagian dari upaya untuk mengenalnya dengan beragam budaya dan karakter adiluhung yang dapat dipergunakan dalam berinteraksi dengan masyarakat, sekaligus menguatkan karakter individu menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, mengayomi dan menghargai perbedaan. Oleh sebab itu penting untuk sedari awal mengenalkan keistimewaan Yogyakarta baik dari budaya, karakter dan pedoman hidup masyarakatnya.

Prof. Ajat Sudrajat pakar karakter UNY menguatkan dan mengingatkan mahasiswa bahwa Yogyakarta menjadi Istimewa karena memang ada banyak nilai-nilai filosofi karakter yang kuat yang membentuk masyarakat Jogja. Keistimewaan dan Budaya Yogyakarta serta sejarah yang melatarbelakanginya perlu dipahami oleh mahasiswa sehingga mereka dapat mengenal Yogyakarta, bisa beradaptasi dan menyelami falsafah/pedoman hidup untuk mengembangkan jati diri dan karakter adiluhung. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)