Bayu Aji Firmansyah berhasil menyelesaikan kuliahnya di UNY dalam waktu 3 tahun 7 bulan sekaligus meraih gelar Cum Laude karena meraih IPK 3,83. Prestasi luar biasa karena Bayu Aji adalah mahasiswa disabilitas tuna netra.
Mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik tersebut diterima diterima di UNY melalui jalur SBMPTN. “Alasan saya memilih ilmu komunikasi di UNY karena saya sadar dengan kemampuan diri. Apabila mengambil ilmu komunikasi di kampus lain, saya tidak yakin dapat diterima” kata Bayu, Kamis (30/5). Ia bersyukur mendapat lingkungan yang mendukung seperti dosen yang mau terbuka menerimanya sebagai mahasiswa. Padahal sebagian besar dosen di Ilmu Komunikasi belum pernah mengajar tunanetra sebelumnya. Dosen dapat mengakomodasi kebutuhan Bayu, demikian juga dengan teman-teman yang bersedia membantu apabila menemui kesulitan.
Alumni SMAN 1 Bambanglipuro Bantul tersebut sadar bahwa kemampuan mobilitasnya tidak sebaik disabilitas yang memiliki latar belakang sekolah di SLB. “Saya kesulitan menghafalkan letak suatu tempat, sehingga untuk ke kelas saya masuk bersama teman dan biasanya janjian di gerbang fakultas” jujurnya. Sejak diterima di UNY Bayu mentargetkan lulus maksimal 8 semester. Ia merupakan penerima KIPK yang mana KIPK hanya meng-cover biaya kuliah sampai semester 8, sehingga bila Bayu belum lulus hingga semester 8, harus membayar UKT.
Putra pasangan Suparyanta, seorang petani dan Sri Mulyani, seorang ibu rumah tangga tersebut mencari cara bagaimana dapat mengerjakan skripsi dengan optimal di semester 7. Secara aturan akademik seharusnya di semester 7 mahasiswa melakukan KKN dan PKL. “Saya berpikir 2 kegiatan tersebut dapat menyita waktu untuk skripsi. Akhirnya saya memperoleh informasi bahwa KKN dan PKL dapat dikonversi dari kegiatan MBKM” ujarnya. Bayu memilih mengikuti magang MSIB di start-up, dan dapat dikonversi kegiatan magang merdeka ini ke PKL dan KKN sehingga di semester 7 ia dapat fokus mengerjakan skripsi. Bayu menjalani sidang di awal Februari dan yudisium pada bulan Maret.
Suparyanta dan Sri Mulyani selalu mendukung apapun pilihan Bayu selama ia dapat menjelaskan alasannya, termasuk saat memilih ilmu komunikasi atas keinginan sendiri. Sebagian guru pada awalnya meragukan pilihan Bayu karena beranggapan bahwa jurusan untuk disabilitas adalah PLB. Namun dari situ malah menjadi trigger baginya untuk membuktikan bisa masuk diluar PLB.
Warga Sirat, Sidomulyo, Bambanglipuro itu mengangkat skripsi tentang apakah jingle pemilu 2024 yang dikeluarkan oleh KPU mampu mempengaruhi dan mendorong Gen-Z dalam menggunakan hak pilihnya. Selama kuliah Bayu pernah sekali menjadi juara di lomba esai pada 2022 saat mengikuti lomba yang diadakan FOMUNY. “Selebihnya saya mengikuti UKMF SCREEN periode 2022 dan UKM Magenta tahun 2022-2023” ujarnya.
Bayu berharap agar lekas memperoleh pekerjaan. Untuk sesama difabel Bayu berpesan agar jangan pernah malu dengan kondisi disabilitas dan jangan menjadikan disabilitas sebagai alasan ketika melakukan kesalahan.