Universitas Negeri Yogyakarta kembali menyelenggarakan Festival Dalang Cilik (FDC) sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-61 tahun ini. Bertempat di Foodcourt UNY, acara ini kembali menyedot perhatian masyarakat, seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Melalui seleksi yang cukup ketat, terpilih 18 peserta dari total 76 finalis Dalang Cilik yang berkesempatan tampil di Foodcourt UNY untuk menampilkan kebolehannya dalam mementaskan wayang. 18 Finalis Dalang Cilik ini berasal dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Terdapat satu hal yang menarik dari Festival Dalang Cilik di tahun ini. Rafa Kusuma Atma Wibowo, atau yang biasa dikenal Rafa, hadir untuk menampilkan Special Performance di tengah sesi pementasan wayang. Bukan sebagai peserta lomba, ini adalah kali kedua Rafa tampil untuk mengisi acara Festival Dalang Cilik UNY. Tahun ini, Rafa membawakan lakon berjudul “Budalan Wadyabala”. Lakon ini menceritakan tentang adegan pasukan Wadyabala yang bersiap berangkat menuju medan perang. Rafa mampu membawakan cerita ini dengan gaya khasnya dan penuh penghayatan. Penampilannya selama berdurasi 15 menit mampu membuat para penonton kagum dan takjub.
Rafa merupakan salah satu siswa SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Dalang Cilik yang kini duduk di bangku kelas 9 itu telah memulai perjalanannya bersama wayang sejak usia empat tahun. Menurut Ayah Rafa, Ludy Bimasena, sejak kecil Rafa sudah mulai menyukai pementasan wayang melalui rekaman video. “Mulanya hanya lewat menonton rekaman pementasan wayang saja. Suka menonton terus dan antusias mendengarkan. Sampai akhirnya ketika di bangku kelas 6 SD, Rafa memberanikan diri untuk tampil di perpisahan sekolah.” ujar Ludy Bimasena. Menurutnya, Down Syndrome adalah peniru yang hebat. Mereka akan dengan antusias mengamati hal yang dilakukan kemudian mempraktikannya. Hal inilah yang kemudian mendasari Ludy Bimasena untuk mengenalkan budaya wayang kepada Rafa, sekaligus sebagai sarana terapi. “Dia kan harus sinkron antara pendengaran, pergerakan tangan, dan perasaan. Jadi harapan awalnya supaya dapat terpancing untuk berbicara” Pungkas Ludy Bimasena.
Meskipun belum selihai dalang profesional, namun progress Rafa telah cukup meningkat. Rafa mampu mengenali karakter wayang berdasarkan bentuk visual dan irama gamelan yang mengiringinya. Ia bahkan dapat menirukan gerakan dalam lakon wayang termasuk adegan yang diiringi musik cepat. Saat kali pertama tampil secara live, Rafa kerap merasa grogi dan takut. Seiring dengan bertambahnya pengalaman mementaskan wayang, Rafa mulai dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan berani untuk tampil dalam durasi waktu yang cukup lama.
Menurut Galang Prastowo, M.A., Ketua Panitia Festival Dalang CIlik UNY 2025 peningkatan kemampuan Rafa sangat terasa dari tahun lalu. “Dilihat dari tahun sekarang, peningkatannya jauh berbeda dari tahun lalu. Tahun lalu rafa hanya tampil selama 5 menit dan gerakan tangannya juga tidak selincah seperti sekarang. Jadi yang sekarang peningkatannya lumayan drastis. Durasinya 15 menit, kemudian gerakan wayangnya lebih variatif, lebih bagus lagi dibanding tahun lalu,” jelas Galang.
Kehadiran Rafa dalam festival ini juga mendapat apresiasi penuh dari pihak UNY. Rektor UNY, Prof. Sumaryanto, menyampaikan dukungannya atas partisipasi Rafa sebagai pengisi acara pada Festival Dalang Cilik UNY 2025. “Penampilan Rafa adalah bukti bahwa kesenian adalah ruang yang terbuka untuk semua. Tidak ada diskriminasi di sini. Justru kami sangat mendukung dan bangga bisa menjadi bagian dari ruang tumbuhnya seniman-seniman muda berbakat seperti Rafa,” ujar Prof. Sumaryanto.
Ludy Bimasena, orang tua Rafa juga turut menyampaikan rasa terima kasih kepada panitia Festival Dalang Cilik UNY atas kesempatan yang diberikan kepada putranya untuk tampil lagi di tahun ini. Rafa mengaku sangat senang dapat tampil kembali dalam acara tersebut. Lebih lanjut, Ludy berharap bahwa pengalaman Rafa ini dapat menjadi contoh bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus juga layak diberi ruang dan kesempatan yang setara dalam kegiatan-kegiatan terutama dalam seni dan budaya.