Program magang kerja tentu menjadi sebuah tawaran yang sangat menggiurkan bagi para mahasiswa tingkat akhir, terlebih magang di luar negeri. Hal ini juga dialami oleh Fima Diaz Tirza yang baru saja menyelesaikan studi nya di Program Studi Pendidikan Teknik Boga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Ia lulus dengan mengenggam pengalaman dengan magang di Jepang selama kurang lebih tujuh bulan. Fima mengaku sempat bimbang ketika ada peluang magang di perusahan jepang ini karena sedikit banyak akan mengganggu proses perkuliahan. “Saat tawaran ini datang saya sedang berjuang menyelesaikan skripsi sehingga ada keraguan yang besar untuk memilih mendaftar atau tidak,” ujar Fima yang baru saja Yudisium.
“Namum, melihat dukungan dari kampus dan keinginan besar untuk menimba ilmu di sana (Jepang) saya membulatkan niat untuk mendaftar dan melalui serangkaian seleksi saya pun terpilih,” ujarnya.
“Nah, setelah itulah perjuangan saya dimulai karena saya bertekad sebelum berangkat ke Jepang skripsi saya harus sudah selesai. Dengan berbagai upaya dan kerja keras serta doa yang tak pernah putus, akhirnya saya mampu menyelesaikan skripsi hingga ujian beberapa saat sebelum keberangkatan,” bebernya.
“Sehingga saya bisa berangkat dengan hati dan pikiran yang lega dan siap seratus persen untuk menimba ilmu di Jepang,”ungkap perempuan yang juga tergabung dalam Tim Futsal UNY ini.
Fima mengaku selama di Jepang banyak sekali ilmu yang ia dapatkan. “Disana, saya bekerja di Domremy Co., Ltd, yakni perusahaan produsen makanan yang telah menetapkan standar kerja dan kedisiplinan yang sangat tinggi,” kenangnya.
“Tentu banyak sekali nilai-nila baru tentang dunia kerja yang saya peroleh selama bekerja di sana, selain kedisiplinan, kemandirian serta kerja keras juga menjadi pelajaran utama,” lanjut perempuan yang mengaku ingin mengembangkan bisnis kuliner bersama rekan-rekannya ini.
“Menurutnya demi ribuan tujuan yang harus di capai, jutaan impian yang akan dikejar perjuangan mesti hasru dilakukan agar hidup jauh lebih bermakna karena hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. “Seperti hidup yang mengalir tanpa tujuan, maka kapan pun dimana pun kiya harus terus belajar, berusaha, dan berdoa untuk mengapai mimpi dan harapan,” tutup Fima. (hryo)