Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang terdiri dari Wolly Dwi Parma, Chalik Nopa Saputra, Nadya Putri Kurniasari, Sintya Marissa, Sherly Hariyanti dibawah bimbingan dosen Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Ir. Bambang Sulistyo, M.Eng., berhasil mengembangkan pengusir burung otomatis bertenaga surya di sawah. Inovasi ini menarik perhatian Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman yang mengundang seluruh anggota tim untuk beraudiensi pada 18 Agustus 2021 di Aula Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kab. Sleman.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Sleman, Ir. Siti Rochayah Dwi Mulyani, M.P, menyampaikan apresiasi kepada seluruh tim atas inisiasi penelitiannya dibidang pertanian, khususnya pengendalian organisme pengganggu tanaman. “Kami sangat tertarik untuk mengembangkan inovasi ini pada tahun depan namun tentu ada serangkaian proses yang mesti kami lakukan terkait penyesuian RAB tahun depan,” ujarnya.
Kami berharap penelitian ini juga diterapkan dalam program pengabdian masyarakat sehingga bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas khususnya para petani di kawasan Sleman.
Wolly Dwi Parma salah satu perwakilan mahasiswa menjelaskan bahwa alat buatan timnya berupa alat otomatis dengan panel surya sebagai sumber energinya untuk pengusir burung penganggu. Burung pengganggu adalah salah satu parasit yang sering muncul saat padi mendekati panen, burung akan memakan bagian dalam padi sehingga kulitnya akan tertinggal.
“Alat kami kembangkan memanfaatkan perangkat Arduino Uno, servo, panel surya, baterai, dan bel,” lanjutnya.
“Prinsip kerja alat ini adalah cahaya yang ditangkap oleh panel surya akan disimpan di baterai setelah itu energi baterai akan ditransmisikan ke Arduino Uno dan servo akan menggerakkan tali dengan bel,” bebernya.
“Bel akan bergerak setiap lima detik dan akan berhenti ketika energi di baterai habis,” terangnya.
“Alat ini sangat efisien dalam menggunakan energi pada baterai sehingga sangat efektif dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” terang Wolly.
“Biasanya petani membuat pengusir burung dengan kaleng dan tali, cara kerjanya adalah dengan menarik senar agar kaleng mengeluarkan suara Kelemahan alat ini adalah petani harus menarik alat tersebut terus menerus dan pada saat petani tidak pergi ke sawah, tidak ada untuk menarik alat tersebut,” jelas Wolly ketika ditanya mengenai alasan mengambangkan alat ini.
“Alat kami memiliki bentuk yang sama dengan pengusir burung pada umumnya, namun yang membedakan alat ini dengan alat lainnya pada umumnya adalah bekerja secara otomatis dengan memanfaatkan energi matahari sehingg petani tidak perlu memindahkan alat secara manual dan alat ini sangat hemat energi karena energi dari panel surya di baterai yang digunakan sangat sedikit, sehingga sangat hemat energi,” tutup Wolly. (hryo)