Hotdog Sosis Tempe, Cara Lain Sajikan Kudapan Dari Tempe

2
min read
A- A+
read

Hotdog Sosis Tempe

Hotdog merupakan makanan yang berasal dari luar negeri tepatnya Amerika Serikat. Olahan ini berhasil dilokalisasi oleh Skolastika Damara Pradnyaparamitha mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY menjadi Hotdog Sosis Tempe. “Hotdog adalah roti panjang yang tengahnya diisi dengan sosis, kemudian diberi sayuran atau topping sesuai selera. Untuk hotdog sosis tempe terdiri dari bun/roti hotdog, sosis tempe, selada, tomat, saus sambal, dan saus mayones” terang Mitha, Minggu (30/6).

Inovasi makanan hotdog sosis tempe di era saat ini untuk mencari peluang bisnis modern yang dapat diterima atau disenangi oleh konsumen terutama konsumen generasi Z. Untuk sosis dibuat dengan bahan baku tempe kedelai dengan berbagai manfaat bagi kesehatan, harganya yang terjangkau, tempe juga tidak mengandung kolesterol, kaya akan protein, dan memiliki cita rasa yang unik. Inovasi hotdog sosis tempe bertujuan untuk memberikan modifikasi terutama terhadap bahan pangan lokal sekaligus mendukung petani lokal. “Hotdog sosis tempe sangat cocok untuk remaja atau anak-anak yang kekurangan gizi atau protein. Untuk sasaran konsumen ditujukan semua kalangan, karena makanan hotdog sosis tempe memiliki rasa gurih. Hal itu dapat diterima oleh masyarakat dan laku dipasaran” ujar Mitha.

Gadis kelahiran Bantul 23 Februari 2002 itu menjelaskan bahan yang diperlukan dalam pembuatan hotdog sosis tempe adalah tepung tempe, tepung terigu, ragi instan, gula pasir, susu bubuk, garam, telur, air, dan margarin. Sedangkan untuk pembuatan sosisnya memerlukan tempe puree, daging ayam, tepung tapioka, susu bubuk, lada, bawang putih, garam, es batu, gula, dan minyak goreng. Cara pembuatannya dimulai dengan pembuatan tepung, tempe dikukus selama kurang lebih 5-10 menit kemudian dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam dehydrator dengan suhu 180 derajat celcius selama 24 jam. Kemudian digiling, dihaluskan, dan diayak. Selanjutnya, untuk pembuatan tempe puree sendiri sebagai sosisnya dengan cara tempe dikukus, sekitar 5-10 menit kemudian dihaluskan memakai chopper yang kemudian dimasak masaknya dengan bahan-bahan, kering misalnya tepung dan ragi kemudian dimasukkan bahan cairnya seperti air dan telur. Kemudian adonan diaduk hingga setengah kalis lalu dilanjut dengan menambahkan margarin dan garam lalu uleni sampai kalis dan dibentuk bulat lalu adonan diistirahatkan/resting. Resting pertama 45 menit hingga mengembang dua kali lipat, setelah itu dihilangkan gasnya dan scaling dan rounding menjadi bulat kecil kecil ukuran @30gr kemudian diresting kedua sekitar 10 menit atau 5 menit hingga mengembang menjadi dua kali lipat. Setelah mengembang dengan sempurna adonan dipanggang hingga kecoklatan. “Jika ingin disajikan bun/roti dipotong sampai membelah kemudian tambahkan selada, irisan tomat, sosis, lalu di atasnya ditambah mayones sama saus sambal. Teknik penyajian didalam hotdog sosis tempe menggunakan mika tray sandwich atau toast box Korea karena kemasannya modern dapat memberikan tampilan yang menarik bagi konsumen” ujar Mitha.

Selanjutnya, untuk pembuatan sosisnya menggunakan tempe puree yang sudah dihaluskan bersama bumbu-bumbu dicampur kemudian dihaluskan menggunakan chopper, kemudian dicetak pakai cetakan sosis silikon, dikukus, dan dipanggang. Jika ingin disajikan bun/roti dipotong sampai membelah kemudian tambahkan selada, irisan tomat, sosis, lalu di atasnya ditambah mayones sama saus sambal. “Keawetan hotdog sosis tempe dapat bertahan sekitar 1-2 hari kalau sudah dimasak dan disimpan di lemari pendingin. Saya anjurkan simpan di suhu ruang, mungkin akan bertahan sekitar 3-4 hari. Untuk sosis sebelum dipanggang akan bertahan sekitar 3-4 hari kalau itu dikukus” kata warga Seturan Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman itu.

Karya ini dipamerkan dalam Culinary Innovation Festival dengan tema “Tempe for Gen Z” mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik yang bertempat di Sleman City Hall. Sebelum karya tersebut dipamerkan Mitha menggunakan Research and Development (R&D) dengan model 4D (define, design, development, dan disseminate).

Penulis
Bela Juliana & Tarissa Noviyanti Az Zahra
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat