FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta kembali menyelenggarakan Seminar Internasional yaitu The 6th International Seminar of Innovation in Mathematics and Mathematics Education (6th ISIMMED) dan The 8th International Seminar on Science Education (8th ISSE). Kegiatan diselenggaran secara daring pada 11-12/11/22. Seminar menghadirkan para pembicara Dr. Jose Hanham dari Secondary Education Western Sydney University, Ian Jones, Ph.D., dari Reader in the Mathematics Education Centre Loughborough University, Prof. Dr. Maija Katariina Aksela, Ph.D. dari Department of Chemistry, Faculty of Science, University of Helsinki, Prof. Dr. Bayram Costu, dari Yildiz Techincal University, Turkey, Dr. Hartono dari UNY, dan Dr. Slamet Suyanto dari UNY.
Bayram Costu dalam paparannya yang berjudul Flipped Learning in Science Education: What is The Effect on Students’ Achievement?, mengatakan Flipped learning adalah model blended learning yang melibatkan salah satu teknologi untuk mempengaruhi pembelajaran dikelas. Dengan demikian, seorang guru dapat memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan siswa daripada mengajar, dengan demikian ada kesempatan untuk memberikan umpan balik dan bantuan yang lebih pribadi kepada siswa, dan selain menerima umpan balik dari rekan-rekan mereka tentang kegiatan yang mereka lakukan dan apa yang belum dimengerti. “Ada empat pilar pendidikan Flipped Learning yaitu lingkungan yang fleksibel, budaya belajar, konten yang disengaja, dan pendidik professional”, jelasnya. Penelitian kami menyelidiki dampak penerapan model Flipped learning pada prestasi akademik di kelas sains. Sebagai hasil dari penelitian tersebut, meta-analisis menunjukkan bahwa penerapan model flipped learning dalam pelajaran IPA memiliki pengaruh yang sedang terhadap prestasi akademik siswa dibandingkan dengan pelajaran IPA yang diajarkan dengan teknik pengajaran tradisional. Sehubungan dengan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Flipped learning memiliki dampak yang menguntungkan pada prestasi sains siswa.
Sementara itu, Slamet Suyanto menerangkan bahwa pendidikan sains berkembang secara dramatis dari pedagogi dan andragogi menjadi heutagogi, peeragogi, dan cybergogi. “Pendidikan IPA pasca Pandemi COVID-19 menggunakan prinsip heutagogy, peeragogy, dan cybergogy. Pembelajaran online dikembangkan dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Sekarang kami memiliki blended learning, flipped classroom, station rotation, dan laboratory station rotation. Blended learning adalah kombinasi dari pembelajaran online dan pembelajaran off-line. Dalam satu minggu siswa belajar online, dan minggu berikutnya siswa belajar offline. flipped classroom adalah contoh dari blended learning. Selama pembelajaran online siswa dapat membaca buku atau mencari informasi dari internet dirumah atau diluar kelas. Minggu berikutnya siswa menghadiri kelas, berbagi pengetahuan dengan teman, dan belajar untuk keterampilan berpikir tingkat tinggi”, ujarnya.
Slamet Suyanto menambahkan, mode pembelajaran hybrid lainnya adalah pembelajaran station rotation. Siswa dapat belajar online dari internet untuk mendapatkan informasi yang relevan. Para siswa, kemudian belajar secara off-line secara sinkron dengan guru dan teman-temannya dalam instruksi yang dipimpin guru. Para siswa, kemudian belajar dengan kelompoknya secara peeragogy untuk berbagi pengetahuan dan melakukan kerja kolaboratif.
Penulis : Witono
Editor : Dedy