Sejumlah mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Calon Guru Prajabatan gelombang 1 tahun 2024, Program Studi (Prodi) Informatika Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil memanfaatkan limbah kulit singkong menjadi olahan produk keripik yang diberi nama Kusikat (kulit singkong bisa naik tingkat). Mereka adalah Bahar Fatah Wijayanto, Ego Vanhanas Saputra, Ramadani Hary Hidayati, Tria Agusti Ratnaningrum, Maysarah Aryati, Nisrina Kusuma Wardani, Mira Andini Hofifah, dan Annisa Dwiartha Pangestuti.
Pada pameran gelar karya produk mahasiswa PPG Calon Guru Prajabatan di Auditorium UNY, Kamis (19/09/2024) produk keripik berbahan dasar kulit singkong itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Koordinator tim, Ramadani Hary Hidayati menjelaskan alasan ia dan tim mengembangkan proyek ini lantaran pada mata kuliah proyek kepemimpinan (PK) mereka diajarkan untuk memiliki jiwa leadership, selanjutnya diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. "Setelah melalui proses diskusi kita memutuskan fokus pada sampah organik kulit singkong karena di Yogyakarta banyak makanan khas yang terbuat dari singkong, nah kulitnya itu kebanyakan langsung dibuang menjadi limbah," ujarnya.
Tim PK dari Prodi Informatika ini, bermitra dengan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta untuk mengenalkan dan memanfaatkan kulit singkong bagi peserta didik. "Kita juga mengajarkan peserta didik untuk mendesain logo, jadi kita tidak hanya fokus pada produk utamanya saja, tetapi kita juga mengajarkan skill pemasaran lain, salah satunya menarik minat pembeli dengan desain logo kemasan yang menarik” papar Bahar Fatah Wijayanto “Pihak sekolah selaku mitra memberikan respon yang positif atas proyek kami ini, selain itu bisa dimasukkan ke proyek P5 di sekolah”.
Saat ini semakin banyak sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia, baik organik maupun non organik. Awalnya opsi pertama ia dan tim ialah menjalankan proyek memilah sampah saja. "Namun pada akhirnya kita memilih proyek tersebut karena kita bisa menaikan nilai dari kulit singkong tadi yang biasanya hanya limbah dan menjadi makanan hewan ternak namun bisa diolah nak tingkat jadi keripik yang memiliki nilai ekonomis" tukasnya.
Dalam prosesnya ia dan tim menemui sejumlah tantangan yaitu, tantangan internal dimana koordinasi antara anggota tim yang cukup sulit lantaran pembentukan kelompok baru yang berbeda dengan kelompok PPL. "Akhirnya kami merasa kesulitan dalam membangun koordinasi, dan pembagian tugas," papar Tria Agusti Ratnaningrum. Sementara untuk tantangan eksternal yaitu mencari produsen singkong yang membuang kulitnya, dan ternyata mereka menemukan fakta bahwa yang produsen makanan membeli singkong yang sudah dikupas. "Jadi kami mengambil kulit singkong langsung dari pasar telo. Sekarang sistemnya yang jual atau si pengepul itu mengupas dulu singkongnya di pasar baru disupply ke produsen makanan yang mengolah singkong tadi," imbuhnya.
Ia berharap, dengan adanya terobosan ini, dapat memberikan dampak positif dalam pemanfaatan limbah atau sampah organik. "Kami mendapat respon yang cukup baik dari para guru, olehnya itu kami juga berharap bisa mengembangkan produk hingga hingga menjangkau pasaran yang lebih luas dan membuka usaha baru, serta kesadaran untuk menjaga lingkungan," harapnya.