Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Salah satu program yang dijalankan untuk mewujudkan kebijakan tersebut ialah Kampus Mengajar atau Mengajar di Sekolah yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) atau minimal sekolah yang masih berakreditasi C. Kegiatan Kampus Mengajar merupakan bagian dari program Kampus Merdeka yang bertujuan memberikan kesempatan belajar dan mengembangkan diri di luar kelas kuliah. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa menjadi pengajar dan mahasiswa yang terpilih akan ditempatkan di sekolah dasar yang membutuhkan. Salah satu mahasiswa UNY yang berkesempatan mengikutinya adalah Aisyatunnisai Tawakal. Mahasiswa prodi pendidikan fisika FMIPA UNY tersebut ditempatkan di SDN Danupayan Temanggung Jawa Tengah.
Di sekolah ini Aisya, panggilan akrabnya, mencoba mengaplikasikan pembelajaran literasi dan numerasi yang didapatkan ketika pembekalan kampus mengajar ke tema kewirausahaan dengan mengadakan cooking class bagi siswa kelas 5. Aisya membagi kelasnya menjadi 5 kelompok sesuai protokol kesehatan dengan 2 kelompok memasak nasi goring, 2 kelompok masakan 4 sehat 5 sempurna dan 1 kelompok memasak mie. Pada saat sesi memasak, para siswa aktif membaca dan memahami resep masing-masing. “Pada kegiatan ini siswa-siswa menerapkan literasi dengan membaca resep masakan. Selain itu mereka juga belajar menghitung dan mengukur bahan-bahan masakan yang dibutuhkan seperti menimbang atau menakar bahan-bahan” katanya. Sebelum praktik cooking class Aisya juga tidak lupa memberi pencerahan pada siswa tentang kandungan bahan makanan yang akan mereka olah, yaitu karbohidrat, protein, serat, lemak, vitamin dan air. Menurutnya dengan cooking class ini para siswa juga diberi bekal berwirausaha dengan pengetahuan tentang cara mengelola uang dan membidik peluang usaha yang bisa dilakukan dalam bidang makanan.
Di sekolah ini Aisya tidak sendirian, dia dibantu rekan sesama mahasiswa Kampus Mengajar lainnya yaitu Harnum Rukmana Ningrum dari Universitas Muhammadiyah Magelang, Galuh Anggita Vikasari dari Universitas Sebelas Maret, Melania Iko Permatasari dari Universitas Ahmad Dahlan, Anitya Setya Wardani dari Universitas Mercu Buana serta Devi Nurul Amalia dan Muhammad Naufal Gibran Efendi dari Universitas Negeri Yogyakarta. Melania Iko Permatasari mengatakan pembelajaran literasi dan numerasi dalam cooking class ini dengan cara siswa kelas 5 diberi list barang-barang yang harus mereka beli secara berkelompok. Para siswa berbagi tugas atau bersama-sama membeli bahan-bahan untuk memasak. “Setelah itu kami meminta mereka untuk memberikan label yang berisi harga dari setiap barang yang mereka beli. Dari sini mereka akan belajar menuliskan angka dan cara mengelola uang yang masuk ke pembelajaran numerasi” kata Melania. Harnum Rukmana Ningrum mengatakan sebelum memulai memasak, ada beberapa kelompok yang belum memiliki bahan yang akan digunakan untuk memasak, sedangkan beberapa kelompok lainnya justru memiliki bahan yang tidak kelompok tersebut butuhkan. “Hal ini sengaja kami setting agar terjadi barter sesuai harga dari tiap barang” katanya. Dalam kegiatan ini mahasiswa Kampus Mengajar mengenalkan sistem jual beli jaman dahulu berupa barter. Siswa-siswa kelas 5 saling bertukar bahan-bahan dengan ketentuan sesuai dengan harga yang tertera pada label. hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu dan kemitraan. (Dedy)