BERSINERGI DENGAN KEMENTERIAN DESA UNY SIAP MENGINTEGRASIKAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

2
min read
A- A+
read

Menteri Desa/PDTT Abdul Halim Iskandar, M.Pd menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga dalam pembangunan desa

 

Hadir di Studium General UNY pada Sabtu (04/1) siang, Menteri Desa/PDTT Abdul Halim Iskandar, M.Pd menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga dalam pembangunan desa. Tak terkecuali sinergi dengan UNY, karena sebagai lembaga pendidikan tinggi keguruan UNY mempunyai banyak program pemberdayaan kepada masyarakat desa.

Halim, demikian ia kerap disapa sejak kecil, tahu betul UNY punya banyak program pengabdian kepada masyarakat karena telah melakoninya sendiri. Karena Halim merupakan alumni Filsafat dan Sosiologi Pendidikan UNY angkatan 1987.

“Saya tahu betul UNY punya banyak kegiatan di desa-desa,  wong saya sendiri ikut. Tadi Pak Rektor (Prof. Sutrisna Wibawa) menyampaikan, UNY sekarang punya program KKN (Kuliah Kerja Nyata), PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan), dan PPM (Program Pengabdian Masyarakat). Itu saya juga sempat mengikuti waktu zaman kuliah. Dan saya ingin apa yang dilakukan UNY maupun perguruan tinggi lainnya, harus bersinergi lintas lembaga,” tutur Halim.

Agar Pembangunan Desa Terintegrasi

Dengan adanya sinergi, Halim menambahkan bahwa pemberdayaan desa akan lebih mudah dilakukan karena terwujud secara terintegrasi. Masing-masing pihak sesuai kompetensinya, akan bahu-membahu dan saling melengkapi dengan satu tujuan. Yaitu memperjuangkan kemajuan daerah pedesaan.

Sinergi dan integrasi tersebut, kemudian dapat dilakukan mulai dari hal-hal yang sederhana. Misalnya menggunakan data statistik pedesaan dan daerah 3T yang dimiliki kementeriannya, UNY dapat menempatkan program pengabdian masyarakat di tempat-tempat tersebut.

UNY sebagai kampus guru nantinya dapat mengirim mahasiswanya ke daerah tersebut untuk mengajar di sekolah maupun langsung kepada masyarakat secara informal.  Pengelolaan dana desa juga dapat terbantu dengan adanya dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi, karena mereka dapat memberikan input dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) sampai keperluan administrasi.

“Saya dulu selepas lulus dari UNY, juga menjadi guru di desa sampai tahun 1999. Di desa, menjadi guru masih sangat dihormati dan masukannya bisa sangat berkontribusi untuk pembangunan. Anak-anak UNY sebagai calon guru jangan sampai melepaskan peluang ini,” imbuh Halim.

Terus Dilakukan UNY

Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor menyatakan UNY siap untuk bersinergi lebih lanjut. Terlebih lagi ungkap Sutrisna, jumlah mahasiswa yang dikirim UNY untuk program pengabdian masyarakat setiap tahunnya relatif besar.

Pada tahun 2019 saja, ada 4.519 mahasiswa yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka disebar di 318 desa seluruh Indonesia. Daerah sekitaran Jawa Tengah dan DIY yang relatif butuh sentuhan pengembangan seperti Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo, menjadi prioritas penerjunan KKN.

“Di desa, para dosen pembimbing dan mahasiswa KKN berkolaborasi menghasilkan inovasi bersama masing-masing Pemda. Anak UNY juga biasa diminta mengajar di sekolah ataupun mengajar keterampilan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu di desa,” ungkap Sutrisna.

Program KKN yang dilakukan pun beragam. Di Gunungkidul, UNY menggelar KKN Tematik Revolusi Mental yang diikuti 343 mahasiswa. Program ini berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Sedangkan di Ternate-Tidore, UNY mengirim lima mahasiswa dalam program KKN Kebangsaan.

Selain KKN, ada juga Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Program ini menempatkan mahasiswa UNY di sekolah untuk mengajar. Tercatat pada Juli 2019 lalu, ada 3.391 mahasiswa yang mengikuti program tersebut.

“Anak-anak ini mengajar di 267 sekolah dan 27 lembaga,” tukas Sutrisna.

Melalui program dan sinergi yang dicanangkan oleh Kemendes/PDTT ini, Prof. Suyanto selaku Ketua IKA UNY mengharapkan mahasiswa yang berada di sekolah dan masyarakat mampu mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di kampus. Termasuk jika kelak berstatus sebagai alumni, dapat terus mengabdikan ilmunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Civitas juga berperan sebagai agen pembaharuan sehingga dapat menggunakan kesempatan ini untuk menggerakkan masyarakat ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sehingga memenuhi empat kompetensi yaitu kreatif dan inovasi, berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi," pungkasnya. (Anwar)