Gula jawa merupakan produk yang akrab dalam keseharian masyarakat. Gula jawa ini merupakan olahan berbahan dasar air nira yang didapat dari air perasan batang atau getah tandan bunga pohon kelapa. Gula jawa selain dapat menjadi pemanis pengganti gula pasir juga dapat menjadi bumbu masakan. Hal inilah yang membuat gula jawa menjadi salah satu andalan Desa Gedong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo yang karena potensi alamnya banyak produsen gula jawa di sini. Namun karena kurangnya inovasi maka banyak produsen gula jawa bertindak hanya sebagai pengepul dan pengolah. Hal ini menjadi perhatian mahasiswa KKN UNY di Desa Gedong yang membantu mengolah gula jawa menjadi gula semut. Gula semut adalah gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai Gula Kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah.
Para mahasiswa UNY yang KKN di Desa Gedong adalah Diah Widiastutik prodi Pendidikan Kriya, Dimas Cahya Andriantopo prodi Manajemen, Mariyani Ulfah prodi Pendidikan Tata Busana, Lia Nur Jannah prodi PGSD, Lilis Fitri Anggraeni prodi Pendidikan Bahasa Perancis, Dennise Indrya prodi Pendidikan IPA, Haitsam prodi Teknik Informatika, dan Said Abdurrahman prodi Pendidikan Geografi. Menurut Ketua Kelompok KKN Diah Widiastutik, mereka membuat gula semut sebagai salah satu sarana membranding Desa Gedong sebagai produsen gula yang sehat. “Harapannya gula semut ini dapat masuk ke dalam Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes” kata Diah, Rabu (2/11). Lurah Desa Gedong, Rustriningsih mengatakan bahwa permasalahan produsen/pelaku usaha gula jawa ialah tidak bisa mengatasi naik turunnya harga gula jawa hingga berpengaruh kepada perekonomian. Sedangkan salah satu produsen gula jawa, Sudrajat memaparkan banyak produsen gula jawa masih belum bisa dalam menginovasikan produk dikarenakan beberapa faktor yaitu tidak ada sumber daya manusia yang bisa mengolah gula jawa menjadi produk olahan yang lain serta kurangnya relasi dalam pemasaran karena sudah terbiasa gula jawa dijual ke pengepul. “Adanya ketidakstabilan harga di pasaran dan kurangnya inovasi produk menjadi permasalahan bagi pelaku usaha gula jawa di Desa Gedong” ungkap Sudrajat.
Menurut Dimas Cahya Andriantopo pembuatan gula semut diawali dari pengambilan air nira dari pohon kelapa yang diambil secara berkala supaya menghasilkan air nira kelapa murni yang segar. “Siapkan alat seperti tungku, kayu bakar, dan wajan” katanya. Proses perebusan air nira hingga air berubah warna dan mengental. Untuk proses ini diperlukan api dalam kondisi stabil untuk meminimalisir kegagalan dalam proses produksi. Proses pengadukan dilakukan ketika air nira sudah mulai mengental dan berkurang kapasitas airnya, lalu turunkan wajan dari tungku dan masih dilanjutkan proses pengadukan. Proses pengadukan terus dilakukan sampai gula kental berubah menjadi gumpalan kering lalu gilas menggunakan batok kelapa hingga gula menjadi halus seperti bubuk kristal. Kemudian diayak menggunakan ayakan yang memiliki lubang sedikit rapat guna menghasilkan bubuk gula halus. Langkah terakhir yaitu pengemasan, dimana bubuk gula semut dimasukkan ke dalam kemasan pouch 250 gram yang sebelumnya sudah dibuat dengan desain sendiri. Kemudian di-pres menggunakan alat sealer press.
Dennise Indrya mengatakan gula semut ini mengandung berbagai kandungan seperti Thiamin (Vitamin B1), Riboflavin (Vitamin B2), Nicotinic Acid (Vitamin B3), Pyridoksin (Vitamin B6), Ascorbic Acid, Kalsium dan Niacin. “Thiamin memperkuat sistem syaraf dan otot sedangkan riboflavin memperbaiki sistim kerja jaringan dan saluran pencernaan tubuh serta menghasilkan antibody” katanya. Sesuai kandungan yang ada didalamnya, gula semut ini dapat mencegah rematik, flu dan ashma, mencegah kanker, menciptakan sistem imunitas, memperkokoh tulang dan sendi, melancarkan peredaran darah, dan membantu kesehatan kulit, sistem syaraf serta sistem pencernaan. Mantan Lurah Gedong, Sudaryanto mengapresiasi karya mahasiswa KKN UNY. Menurutnya gula semut sebagai pemanis dalam teh lebih enak dan manis jika dibandingkan dengan gula jawa maupun gula pasir. “Karena bubuknya mudah larut maka gula semut ini lebih efisien, bahkan jika dibandingkan dengan gula jawa yang masih menyisakan gumpalan-gumpalan” kata Sudaryanto. Harapannya dengan adanya inovasi produk gula jawa menjadi gula semut merupakan salah satu strategi awal guna meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam membangun perekonomian desa terutama di Desa Gedong.
Penulis : Dedy
Editor : Ardi