83 Guru dari Indonesia dan Malaysia Mengikuti Pelatihan Penyusunan Instrumen Penilaian

1
min read
A- A+
read

Pelatihan penyusunan instrumen

Pascasarjana UNY melalui Prodi S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan baru saja menyelenggarakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Kerjasama (PkM) Internasional dengan Universitas Putra Malaysia (UPM). Pelatihan dilaksanakan secara virtual atau dalam jaringan (Daring) selama dua hari, Rabu-Kamis (9-10/11/2022). Peserta sebanyak 76 Guru SD dari Indonesia, dan tujuh Guru SD dari Malaysia.

Materi pelatihan hari pertama meliputi Theory of Cognitive Assessment Instrument Design oleh Edi Istiyono; Theory of Non-Cognitive Instrument Design oleh Tajularipin Sulaiman; Cognitive Assessment Instrument Design Assignment and Practice oleh Widihastuti; Non-Cognitive Assessment Instrument Design Assignment and Practice oleh Wan Marzuki.

Pada hari kedua, materi meliputi Instrumental Item Analysis Theory with IRT Approach oleh Edi Istiyono; dan Assignment and Practice of Item Analysis with an IRT Approach oleh Widihastuti. Dijelaskan Edi Istiyono, menyusun instrumen penilaian yang berkualitas dan melakukan analisis instrumen bukan tugas yang mudah bagi Guru SD di Indonesia dan Malaysia. Guru SD mengalami kesulitan ketika menyusun instrumen penilaian. "Kebanyakan dari mereka membuat instrumen penilaian yang hanya berfokus pada aspek kognitif saja," kata Edi Istiyono.

Padahal, lanjut Edi, seharusnya guru menyusun instrumen penilaian dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotirik. Guru hanya menyusun instrumen penilaian kognitif disebabkan menyusun instrumen penilaian afektif dan psikomotorik tidak semudah aspek kognitif. "Jika penilaian hanya terfokus pada aspek kognitif saja, maka tujuan penilaian tidak akan tercapai," kata Edi.

Selain itu, kata Edi, untuk mencapai tujuan penilaian, guru tidak hanya fokus pada perancangan instrumen penilaian saja. Tetapi guru juga harus memastikan bahwa instrumen tersebut valid dan reliabel, dengan cara mengujicobakan instrumen tersebut. Ada empat syarat agar instrumen dikatakan baik, yaitu valid, reliabel, praktis dan ekonomis.

Namun tidak semua guru memahami hal tersebut. Sehingga masalah yang umum terjadi adalah instrumen tidak dapat melihat prestasi belajar secara komprehensif, karena instrumennya kurang baik. Kelemahan lain, lanjut Edi, beberapa guru membuat instrumen penilaian dengan tergesa-gesa. Mereka tidak memperhatikan kaidah-kaidah penulisan instrumen yang baik. Ada juga yang hanya mengambil soal-soal dari buku teks dan lembar kerja siswa dengan tidak melakukan uji coba.

Kendala tersebut, kata Edi, menunjukkan masih rendahnya kemampuan Guru SD di Indonesia dan Malaysia dalam menyusun instrumen penilaian dan analisis instrumen secara mandiri. "Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan mitra serta hasil survei analisis kebutuhan Guru SD di Indonesia dan Malaysia, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi Guru SD di Indonesia dan Malaysia agar output penyusunan instrumen asesmen bisa lebih baik," harap Edi.

Namun Guru SD tidak hanya fokus pada cara menyusun instrumen penilaian, tetapi juga pada proses analisis instrumen penilaian menggunakan teori tes modern atau Teori Respon Butir (TRB) atau Item Response Theory (IRT). "Teori tes modern memiliki sifat-sifat laten (latent trait model) yang mendasari kinerja (performance) atau respon subjek terhadap soal-soal tertentu," katanya.

Tim PkM KI juga memberikan pelatihan penyusunan instrumen penilaian dan analisisnya menggunakan pendekatan teori tes modern. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan teknis penyusunan instrumen penilaian dan analisis data dengan IRT yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar di Indonesia dan Malaysia.

Penulis : Rep/Anton

Editor : Dedy

IKU 4. Praktisi Mengajar di Dalam Kampus