Workshop Gerakan Nasional Revolusi Mental dalam Pendidikan Karakter

Bidang Akademik dan Kemahasiswaan pada Selasa (28/2) di Ballroom Hotel UNY menggagas kegiatan Workshop Pengembangan Prestasi Akademik dan Kemahasiswaan. Diawali dengan Penjelasan Teknis Program Akademik dan Kemahasiswaan oleh Staf Ahli Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan dengan memaparkan kegiatan kemahasiswaan antara lain Pimnas, KRI, ON MIPA, Gemastik, KKCTBN, Satria Data, KBGI, KMHE, KRTI, LIDM, KBMK, KJI, dan OLIVIA. Selain itu, masih terdapat 4 ajang talenta yang perlu disosialisasikan antara lain NUDC, KDMI, Pilmapres, MTQMN, dan 1 ajang POMNA. Workshop ini menghadirkan narasumber Didik Suhardi, Ph.D. selaku Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Kemenko PMK dan juga merupakan salah satu anggota Majelis Wali Amanat UNY periode 2022-2027. 

Didik menyampaikan, “Gambaran umum bangsa Indonesia saat ini, dengan tantangan dan persoalan terkait kondisi kepribadian dan jati diri bangsa saat ini yang antara lain belum kuat dan optimalnya penanaman nilai revolusi mental, masih kurangnya etos kerja, kreativitas, dan daya saing bangsa, kesenjangan gender, dan peran pemuda melalui indeks pembangunan masih rendah.” Siklus pembangunan manusia dan kebudayaan menurut Didik meliputi beberapa fase, yaitu fase pertama memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, batita, dan balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting), fase kedua yakni fase usia dini anak, fase ketiga ialah wajib belajar atau fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter, fase berikutnya adalah perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan produktivitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Hal tersebut sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2030 mendatang. Fase terakhir diharapkan bisa mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan bermartabat.

Betapa pentingnya Pendidikan karakter, Didik menyampaikan konsep pendidikan meliputi mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan sehingga tujuannya adalah menanamkan kebiasaan. Sedangkan metode belajar yang baik berdasarkan penelitian, retensi atau daya ingatan kita akan rendah kalau kita hanya belajar dengan cara verbal, visual, terlibat dan berbuat. Solusinya yakni dengan melakukan simulasi/mengerjakan hal yang nyata atau berbuat nyata agar maksimal pengalaman belajar yang didapatkan oleh siswa. Pada akhir paparannya, Didik mengutip kata Presiden Soekarno “Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.”

“Ditunggu aksi nyata terkait penurunan stunting dan revolusi mental, misalnya melalui program KKN, kita kerjasamakan dengan KKN-PK isu strategis ini untuk dilaksanakan pada program KKN,” kata Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes. selaku moderator yang sekaligus Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan saat memandu workshop. Workshop ini dihadiri oleh Rektor; Wakil Rektor; para Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni; Direktur dan Sekretaris Direktorat; para Kasubdit; para Kepala Layanan Administrasi Fakultas, Kepala dan Sekretaris KKN-PK-PI-Magang, Kepala Pusat TIK, staf ahli dan staf bidang akademik. 

Penulis: Sudaryono
Editor: Prasetyo

Kategori Humas
IKU
IKU 4. Praktisi Mengajar di Dalam Kampus