Unit Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Yogyakarta (Labschool UNY) menyelenggarakan workshop penyusunan modul ajar yang mengintegrasikan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dengan nilai-nilai budaya. Acara yang ditujukan bagi guru-guru dari jenjang KB-TK, SD, SMP, hingga SMA ini berlangsung di Ballroom III Hotel UNY pada Rabu (30/7).
Workshop yang diikuti oleh 30 guru ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik UNY, Prof. Nur Hidayanto Pancoro, S.P., Ph.D. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya penguatan kualitas pembelajaran yang tidak hanya adaptif terhadap kemajuan teknologi, tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai budaya lokal yang menjadi ciri khas Labschool UNY.
Sesi materi pertama diisi oleh Ariyawan Agung Nugroho, S.T., M.Pd., yang memaparkan tentang integrasi TPACK dalam desain pembelajaran. Ia memperkenalkan berbagai platform digital untuk memperkaya proses belajar-mengajar, mulai dari Google Sites untuk media interaktif, Canva dan PowerPoint untuk konten visual, hingga pemanfaatan Augmented Reality (AR) dan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Gemini.
"Konten pembelajaran bisa dikembangkan dari berbagai sumber, sementara interaksi dapat diperkaya melalui Kahoot dan Quizizz," jelas Ariyawan sambil memperkenalkan platform Heyzine dan Issuu sebagai sarana kompilasi bahan ajar.
Sesi kedua menghadirkan Prof. Dr. Drs. Suwarna, M.Pd., yang mengupas tuntas tema Pendidikan Khas ke-Jogjaan (PKJ). Beliau menyoroti pentingnya pendidikan berbasis filosofi hidup masyarakat Yogyakarta dan memperkenalkan konsep "NGAJENI" (Ngapurancang, Jempol, Nuwun sewu, Nyuwun pangapunten, Matur nuwun, Injih, Mangga) sebagai fondasi pembentukan karakter siswa yang sopan dan santun.
Menjelang akhir acara, Dr. Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., memandu sesi pendampingan untuk membantu para guru merancang implementasi PKJ ke dalam program pembelajaran di setiap jenjang.
Kegiatan ditutup oleh Kepala Unit Sekolah Laboratorium, Prof. Dr. Entoh Tohani, S.Pd., M.Pd. Ia berharap para pendidik dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dengan menyatukan pendekatan teknologi dan kearifan lokal. "Pembelajaran yang kontekstual dan berbasis budaya akan berdampak besar pada pembentukan karakter peserta didik," tutupnya.