Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi memiliki tuntutan, tantangan sekaligus kebutuhan bahkan menjadi gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan. Media digital, khususnya media sosial, aplikasi, dan website telah menjadi bagian penting dan strategis dalam proses dan hasil interaksi sosial, ekonomi, politik, serta budaya, sehingga seakan tidak ada lagi batas jarak, ruang, dan waktu, dapat kapan saja dan dimana saja dalam berinteraksi, mendapatkan dan memberikan informasi selama media dan aksesnya tersedia. Media digital mengubah cara masyarakat dalam berkomunikasi dan bersosialisasi di dunia maya. Namun media digital juga dapat digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya TikTok. Hal ini disampaikan dosen Departemen Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNY Dr. Das Salirawati, M.Si.
Menurut Doktor Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana UNY tersebut dengan keterbaruannya dan banyaknya fitur yang terdapat pada aplikasi TikTok, menjadi kriteria yang dapat diimplementasikan sebagai sarana penyampaian informasi edukatif. “Selain itu karakteristik masyarakat saat ini yang menganggap aplikasi TikTok hanya sebagai hiburan, dapat diberi nilai tambah yaitu dengan penambahan wawasan ilmu bagi mereka yang dikemas secara apik dalam aplikasi TikTok” katanya, Rabu (6/9) di UNY.
Sebagai seorang dosen yang menyukai dan memiliki hobby menari, Das Salirawati termasuk yang aktif membuat postingan video TikTok. Awalnya hanya sebagai penyaluran hobby, tetapi lama-lama terpikir bahwa mengapa hanya menari yang mungkin dianggap tidak bermanfaat bagi pengguna TikTok, tidak lebih hanya sekedar hiburan dan ajang silaturahmi bagi yang satu frekuensi (sehobby). Hal itulah yang mendorong Das memasukkan unsur edukasi di dalam setiap video TikTok yang diposting. Ternyata dampaknya tidak terduga, selain followers jumlahnya bertambah, netizen (pengguna TikTok) banyak yang berkomentar positif bahwa mereka merasa bertambah ilmunya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “ternyata TikTok tak sekedar hiburan, tetapi juga cara belajar secara menyenangkan”.
Wanita kelahiran 16 Oktober 1965 tersebut mengatakan sesuai dengan latar belakang pendidikannya yaitu Kimia, terutama Biokimia dan juga ilmu pendidikan secara luas sekaligus sebagai aktivis perempuan, maka konten edukatif yang dimasukkan dalam video TikTok berkisar tentang hal ini. “Salah satu contohnya, saya berbicara tentang adanya formalin dalam makanan, seperti tahu, bakso, mie, dan ikan. Dalam postingan itu saya menyampaikan ciri-ciri fisik makanan-makanan tersebut jika mengandung formalin dan bagaimana cara mendeteksi secara sederhana” tutur Das. Selain itu Das juga memasukkan beberapa konten diantaranya utamakan memilih istri yang cerdas, bukan yang cantik (Ilmu Genetika), jangan memasukkan garam beryodium ketika sayur mendidih (Ilmu Kimia), jangan sedih ketika anak kita tak bisa masuk sekolah/kuliah di sekolah/kampus ternama (Ilmu Pendidikan) dan mengapa pakaian khas India bagian perutnya terbuka (Ilmu umum). Jumlah viewer TikTok Das Salirawati saat ini mencapai lebih dari 300.000 orang dan mendapat like hingga lebih dari 6000 orang.
Dengan banyaknya viewer maupun komentar yang masuk dari setiap postingan yang ditampilkan melalui aplikasi TikTok menunjukkan bahwa masyarakat pengguna TikTok tertarik dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isi dari konten tersebut. Dengan kata lain, unsur edukasi yang dimasukkan dalam postingan TikTok tersebut efektif dalam memberikan informasi. Selain itu ditinjau juga dari komentar yang dikemukakan para netizen dapat diketahui apakah isi informasi yang diposting menarik atau sebaliknya tidak menganggap postingan yang berguna. Das juga menyimpulkan bahwa TikTok dapat pula berdampak positif jika digunakan untuk menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. “Semua itu tergantung bagaimana kita memanfaatkan media sosial untuk kebaikan bersama, atau sebaliknya justru bermuatan video yang dapat merusak karakter masyarakat. Sebagai masyarakat pengguna TikTok kita harus bijak memiliki postingan mana yang baik untuk kehidupan kita” tutup Das.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono