LAFRAN PANE DALAM PERSPEKTIF HMI

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Yang saya homati Bapak Rektor UNY, keluarga besar HMI, pengurus PB, pengurus cabang, para alumni dan seluruh undangan. Seperti kita ketahui bersama, seminar ini bertujuan untuk menjadikan Bapak Lafran Pane menjadi pahlawan nasional. Dan dalam hal ini kita sudah membuat tim dan saya juga ada di dalamnya. Selaku ketua SC. Semua alumni terlibat dalam kegiatan ini terutama alumni yang pernah kuliah di Yogya seperti Mahadi Sinambela, Subandrio dan yang lainnya.

Dalam kesempatan kali ini, saya akan melihat Lafran Pane dalam perspektif HMI. Beliau ditetapkan sebagai pendiri HMI melalui Kongres HMI ke 11, Mei 1974 di Bogor. Saat itu yang ditugaskan untuk menyampaikan kepada beliau adalah Chumaidy Syarif Romas. Dan jawaban pertama beliau adalah tidak bersedia.  Dengan berbagai alasan, salah satunya adalah bahwa HMI itu didirikan oleh rakyat kepada bangsanya. Tetapi kita kemudian meyakinkan dengan hasil penelitian Agus Salim Sitompul yang menyebutkan bahwa beliau adalah  pemrakarsanya. Dan kemudian beliau bersedia. Beliau tidak bisa kita pisahkan dari HMI, karena lahirnya HMI melalui proses yang sangat panjang.

Di tahun 1946 beliau berencena mendirikan organisasi mahasiswa Islam, karena organisasi mahasiswa yang ada lebih mengedepankan politik dan idiologi. Sehingga kemudian terinspirasi untuk mendirikan organisasi mahasiswa Islam yang pada saat itu belum ada.

Lafran Pane dilahirkan oleh keluaga yang islami. Bapaknya, dari Sipirok adalah ketua Muhammadiyah yang memiliki semangat keislaman yang tinggi. Beliau juga dilahirkan oleh keluarga pejuang, karena beliau merupaka adik dari budayawan terkenal Armin Pane dan Sanusi Pane. Bahkan keluarga beliau juga nasionalis yang aktif di Partindo. Dengan demikian semangat keislaman, kebangsaan dan nasionalisme memang sangat kuat ada dalam diri beliau.

Oleh karena itu, ketika mendirikan HMI tujuan pertamanya adalah ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia sekaligus meninggikan derajat rakyat Indonesia. Dan juga dalam mengembangkan keislaman terutama di kalangan mahasiswa. Itulah pemikiran beliau yang original tentang HMI.

Mempertahankan kemerdakaan Indonesia dan menjunjung tinggi derajat rakyat merupakan komitmen nasionalisme yang sangat kuat. Menurut saya, pertama-tama beliau adalah orang Indonesia, baru kemudian beliau adalah orang Indonesia yang beragama Islam. Kedua-duanya melekat dalam tubuh HMI. Sebagaimana yang pernah disampaikan kader HMI yang juga murid beliau, Nurcholis Madjid, yang mengekspresikan keindonesiaanya sekaligus keislamannya. Komietmen keindonesiaan bagi kader HMI harus dilhami oleh nilai-nilai luhur dari agama Islam dengan konsep rahmatallilalamin, rahmat bagi sekalian alam. pemikiran orisinal inilah yang kemudian banyak dikembangkan oleh murid-muridnya, termasuk Nurcholis Madjid.

Jika dilihat dari perspektif pahlawan nasional, sebuah gelar yang amat mulia dan terhormat oleh Presiden. Pahlawan didefinisikan sebagai orang yang berjasa untuk kemerdekaan dalam bentuk fisik selama penjajahan. Tetapi pahlawan juga bisa kita definisikan sebagai orang yang memiliki nilai-nilai, karya-karya, tindakan-tindakan kepahlawanan yang dapat dijadikan teladan atau contoh. Lafran Pane memiliki sifat kepahlawanan yang cukup tinggi diantaranya mendidikan HMI pada 22 Februari 1947 di Jogja di tengah-tengah umat Islam pada saat itu. Beliau juga menjadikan HMI sebagai organisasi independen yang tidak berafiliasi dengan organisasi apapun termasuk dengan partai politik dengan berbagai ideologi yang dimilikinya.

Bahkan menurut sejarah, setelah mendirikan HMI, beliau diundang oleh organisasi GPII. GPII adalah organisai pemuda yang berafiliasi dengan partai politik Masyumi yang didirikan November 1945 setelah muncul Maklumat Wakil Presiden agar mendirikan partai politik. Saat itu Masyumi menjadi satu-satunya wadah bagi umat Islam. Di dalam Masyumi ini ada anggota-anggota, antara lain anggota istimewa antara lain NU, Muhammadiyah, Matlaul Anwar di di Jawa Barat, Nahdatul Wathan di NTB. Saat itu GPII mengundang HMI karena di dalamnya juga ada seksi pelajar yaitu PII. HMI diharapkan menjadi salah satu seksi yaitu seksi mahasiswa. Beliau tidak menduga pada saat itu, karena beliau menginginkan HMI Independen. Semangat independensi inilah yang membuat beliau menolak tawaran dengan halus. Beliau menjawab dengan cara diplomatis yaitu dengan mempertimbangkannya, tetapi saat ini beliau hanya ingin membesarkan organisasi HMi terlebih dahulu. Hingga sampai akhir tidak ada keputusan dari beliau untuk bergabung dengan GPII.

Dengan demikian beliau adalah seorang tokoh yang berperan dalam mendirikan organisasi yang telah melahirkan pemimpin-pemimpin negara, pemimpin-pemimpin bangsa. Dan dalam waktu singkat menjadi organisasi terbesar, terutama tahun 70an, setelah G 30 S/PKI. Saya menjadi anggota HMI tahun 1964, mengahadiri Maperca-Maperca HMI tahun 65/66. Maperca di Jakarta tahun 67 dihadiri lebih dari 2.000 mahasiswa. Jika ditotal, pada saat itu 70% mahasiswa adalah HMI. dan mereka inilah yang kemudian menjadi tokoh nasional, tokoh bangsa. dari ketua DPR, MPR, BPK, MA, MK, DPD, dan lembaga negara lain seperti menteri dan wakil presiden. Apalagi anggota DPR dan partai politik. Partai politik inilah yang kemudian berperan dalam menghasilkan pemimpin, baik presiden maupun gubernur. dan banyak dari mereka adalah murid Lafran Pane.

Ketika saya menjadi menteri, saya berbicara kepada Wakil Presiden Soedharmono bahwa kami memiliki tokoh yang menjadi identitas kami yaitu HMI dan aktif di dunia akademis di kampus, memiliki integritas yang tinggi. Dan kami bahagia jika beliau bisa menjadi anggota DPA. Tidak lama kemudian, dua minggu, Pak Soedharmono menyampaikan bahwa Bapak Presiden berkenan Bapak Lafran Pane menjadi anggota DPA. setelah itu saya baru memberitahu beliau, jika sebelumnya saya beritahu saya yakin pasti beliau tidak berkenan menjadi anggota DPA.  Ya sudah, karena Bapak Presiden sudah menerima maka saya bersedia, begitu jawaban beliau. Inilah yang bisa kami lakukan sebagai murid. Saat itu kami juga melakukan syukuran di kediaman saya atas dilantiknya Lafran Pane sebagai anggota DPA.

Itulah Lafran Pane yang tidak hanya sebagai pendidik, guru, tetapi juga tokoh yang memiliki banyak pemikiran. Tadi dalam sambutannya, Gubernur DIY, Sultan Hamengkubuwono juga mendukung penetapan Lafran Pane sebagai pahlawan nasional. Oleh karena itu mari kita bersama memperjuangkan dan menyebarkan pemikiran melalui kegiatan seminar yang akan diadakan di 16 kota di Indonesia. Saya selaku SC Komite KAHMI untuk penetapan Lafran Pane sebagai pahlawan nasional memohon doa sebagai kegiatan kita ini diberkati dan diridhoi oleh Allah SWT.

Demikian catatan penting yang dapat saya sampaikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

 

Makalah Ketua DPR RI Periode 1999—2004 Dr. Ir. Akbar Tandjung dalam Seminar Nasional bertajuk “Prof. Drs. H. Lafran Pane Dalam Pusaran Sejarah Perjuangan Bangsa” di Ruang Sidang Rektorat UNY, Rabu, 11 November 2015.

Dr. Ir. Akbar Tandjung
Dr. Ir. Akbar Tandjung