UNY SELALU SIAP MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI PANCASILA DAN PERSATUAN

UNY SELALU SIAP MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI PANCASILA DAN PERSATUAN

Dalam melakukan pengamalan nilai pancasila di UNY tidak ingin berteori tetapi ingin langsung berimplementasi, sehingga nantinya UNY tidak dianggap latah dalam melakukan seruan atau pelopor, seperti beberapa hari yang lalu saya diundang di UGM mengikuti seruan persatuan dan pancasila, jadi kami polanya tidak membuat seruan tetapi langsung membuat implementasi, demikian disampikan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., saat pembicara dalam Diskusi Pendidikan dan Forum Media, dengan tema Praksis Pendidikan Pancasila, Kamis (9/5) di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY.

“Dalam teori lingkungan ada tiga teori moral, yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan mental), dan moral action (tindakan moral), kami di UNY berkeinginan pada moral action, seperti juga yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantoro yaitu: ngerti, ngroso, serta nglakoni, kami berkeinginan langsung nglakoni dalam menyikapi masalah atau situasi seperti saat ini”, tambah Sutrisna Wibawa.

Ditegaskan oleh Sutrsina Wibawa bahwa, kalau ada suatu masalah, penyelesaiannya ya dengan Pancasila. Jadi, nilai Pancasila dijadikan moral action. Kami langsung nglakoni, tidak berhenti pada mengerti apalagi hanya sekedar koar-koar tanpa ada aksi nyata.

Mantan Ketua BPIP, Yudi Latif, Ph.D., yang juga menjadi salah satu pembicara dalam diskusi pendidikan dan forum media, menjelaskan dalam menekankan pentingnya pendidikan moral dan karakter bagi anak-anak Indonesia. “Anak-anak Indonesia bukannya kekurangan kreativitas. Namun, yang perlu diingat adalah kreativitas itu harus dilandasi oleh basis karakter dan moral yang kuat. Kreativitas tanpa basis etis, akalnya akan jadi nakal. Jadi, kreativitasnya menjadi destruktif,” jelas Yudi Latif.

Yudi Latif, Ph.D yang juga Dosen tamu di Fakultas Ilmu Sosial, UNY itu juga mengungkapkan bahwa dalam praksis pendidikan, ada dua hal yang bisa dikembangkan untuk menumbuhkan basis moral anak agar menjadi pribadi yang pancasilais. Pertama, mengembangkan pribadi-pribadi pembelajar yang baik. Kedua, menjadi warga negara yang baik, salah satunya dengan menghargai keberagaman masyarakat yang berbeda-beda.

Octo Lampito, M.Pd., Pimpinan Redaksi harian Kedaulatan Rakyat, yang turut serta hadir menjadi pembicara pada kesempatan itu mengungkapkan bahwa pers juga mempunyai komitmen tinggi untuk menjaga Pancasila. “Pers adalah watch dog. Pers akan menggonggongi, mengoreksi, dan memberikan alternatif bagi persoalan yang dapat merusak Pancasila,” ungkap Octo Lampito.

Ditambahkan oleh Octo Lampito bahwa, pers sebagai media informasi dan edukasi bertugas mengangkat persoalan yang bisa merusak Pancasila seperti korupsi dan hoaxs agar menjadi perhatian bersama.

Acara diskusi yang dilanjutkan dengan buka bersama itu selain dihadiri para wartawan dari media cetak dan elektronik juga dihadiri pimpinan Universitas Negeri Yogyakarta, antara lain : jajaran Wakil Rektor, jajaran Dekan, jajaran Wakil Dekan III dari tiap-tiap fakultas dan juga pejabat strukturat dilingkungan Rektorat UNY.- (Nurridwan FBS/ @rbima)