Universitas Negeri Yogyakarta dipercaya untuk mengadakan leadership training bagi kepala sekolah bekerjasama dengan KBRI Beijing yang dilaksanakan secara daring dan ditutup pada Jumat (17/9). Deputy Chief of Mission KBRI Beijing Dino R. Kusnadi mengatakan bahwa program ini merupakan kolaborasi antara KBRI Beijing dengan Kementerian Pendidikan China dan Centre of Language Education and Cooperation (CLEC) untuk berbagi dan mendiskusikan tentang perkembangan pendidikan di China dan platform pendidikan lainnya pada kepala sekolah. “Kami mengapreasi kerjasama antara China dan Indonesia ini dan berharap bisa memberikan sesuatu yang baik semua” kata Dino R. Kusnadi. Ia juga berharap agar kegiatan ini dapat meningkatkan kegiatan bilateral Indonesia – China dan meningkatkan mutu serta mengembangkan sumber daya manusia di Indonesia. Pelatihan ini menunjukkan bahwa China memberikan perhatian pada Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang seharusnya mengedepankan pelatihan kepemimpinan. Sebagai pimpinan di sekolah sebaiknya kepala sekolah memperhatian aspek mikro dari pengajaran bahwa Indonesia sebagai bagian dari Asia Community yang berbasis sosial ekonomi dan budaya dan itu adalah bagian dari hubungan bilateral Indonesia – China yang saling melengkapi.
Secretary General of ASEAN China Centre (ACC) Chen Dehai mengatakan dalam situasi wabah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini banyak mengganggu kegiatan pembelajaran di sekolah dan kampus. Banyak negara memakai metode baru untuk memberikan ilmu bagi siswa, keluarga atau masyarakat. “Indonesia adalah salah satu negara yang penting di Asia yang mempunyai hubungan dekat dengan China” kata Chen Dehai. Dunia pendidikan kedua negara memiliki kedekataan pada akhir-akhir ini, sehingga pelatihan ini diharapkan dapat menyediakan platform bagi pendidik di kedua negara untuk saling belajar satu sama lain melalui kolaborasi dan pertukaran pengalaman antar dua negara. Harapannya kerjasama antara KBRI Beijing, Kementerian Pendidikan China, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI, ACC dan CLEC ini dapat lebih dipererat pada masa yang akan datang.
Direktur Pendidikan Profesi Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Dr. Praptono mengucapkan terimakasih pada mitra dari China yang telah berkolaborasi mengadakan pelatihan bagi guru dan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi dalam manajemen sekolahnya. “Kegiatan ini masuk dalam program prioritas nasional partisipasi belajar merdeka belajar yang diluncurkan Mendikbud Ristek” kata Praptono. Peran dalam sistem pendidikan sangat penting karena kepala sekolah tidak hanya mengelola admistrasi dan manajemen pendidikan saja namun juga menjadi pemimpin instruksional di masa depan. Pelatihan ini dapat menjadi support bagi komitmen untuk memperbaiki sistem pendidikan terutama dalam hal literasi dan pendidikan karakter siswa. Praptono juga mengundang para kepala sekolah untuk bergabung dalam program pemerintah yaitu sekolah penggerak, karena berkat pelatihan ini telah menjadikan kepala sekolah sebagai mitra dalam program tersebut.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Bidang Perencanaan dan Kerja Sama khususnya bidang Kemitraan Luar Negeri UNY. Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama UNY Prof. Siswantoyo mengucapkan terimakasih atas kepercayaan KBRI dan CLEC pada UNY untuk melaksanakan pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah. “Kegiatan ini adalah untuk memperbaiki sumber daya manusia dengan sasaran kepala sekolah mulai sekolah taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas” kata Siswantoyo. Kegiatan ini juga mengajarkan sekolah untuk termotivasi dalam menjaga lingkungan kerja. Training berlangsung selama sepuluh hari dengan 40 jam kerja dan diikuti oleh 75 kepala sekolah mulai TK hingga perguruan tinggi dari berbagai provinsi dan negara diantaranya DIY, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Gorontalo serta dari Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur, Kairo, Jeddah, Kairo, Bangkok, Tokyo dan Den Haag. Pemateri berasal dari beberapa institusi di China dengan membawakan materi tentang budaya, pendidikan, metode mengajar, ekonomi dan yang lebih khusus adalah bagaimana belajar Mandarin. Program ini sangat penting karena merupakan pertukaran sistem pembelajaran dari offline ke online dimana inovasi ini dibutuhkan oleh banyak negara terutama dalam mempelajari teori ke praktik mengajar. Kegiatan ini baik untuk difollow up untuk mengimplementasi metode mengajar yang menjadi bagian dari aktivitas mereka. Siswantoyo juga membuka peluang berkolaborasi dalam bidang pendidikan dengan para kepala sekolah yang ikut serta dalam kegiatan ini pada masa yang akan datang.
Salah satu peserta training Tutut Zatmiko, M.Pd merasa gembira ikut kegiatan ini karena dapat meningkatkan pengetahuan dan belajar tentang pendidikan serta kebijakan yang mendukung seni, tempat bersejarah, kuliner dan etika budaya masyarakat China. “Etika budaya dan karakter merupakan hal yang bernilai di China” kata Tutut. Kepala Sekolah SMAN 1 Raman Utara Lampung Timur tersebut berharap dapat belajar tentang filosofi dan budaya modern pada masyarakat China secara langsung kelak. Training ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu dan kemitraan untuk mencapai tujuan. (Dedy)