Seiring dengan meningkatnya permasalahan lingkungan akibat limbah plastik, khususnya plastik mulsa pertanian yang sulit terurai dan dapat menurunkan kualitas tanah, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Universitas Negeri Yogyakarta berinovasi meluncurkan sebuah program yang menawarkan solusi inovatif dalam menangani masalah ini.
Program ini berjudul "Potensi Isolat Jamur Mikroskopis dari Tempat Pembuangan Akhir Wukirsari dengan Penambahan Serbuk Azolla pinnata dalam Mendegradasi Limbah Plastik Mulsa Pertanian" yang diketuai oleh Akhmad Taufik dari Prodi Biologi angkatan 2021 dan ditemani oleh empat anggotanya yaitu Septi Handayani, Septiana Putri Harlina, Alyaa Khairunisa yang berasal dari Prodi Biologi angkatan 2021, dan Sidiq Bayu Setyawan dari Prodi Pendidikan Kimia angkatan 2021, di bawah bimbingan Dr. Evy Yulianti, S.Si., M.Sc.
Awal mula munculnya ide PKM ini karena adanya keresahan terkait limbah plastik mulsa pertanian yang sulit terurai dengan baik di alam serta dapat mengancam kelangsungan ekosistem utamanya ekosistem pertanian yang seringkali menggunakan plastik sebagai bahan menutup tanah lalu ketika selesai digunakan plastik-plastik ini dibuang oleh para petani ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Setelah digunakan oleh para petani, limbah-limbah plastik mulsa biasanya akan langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah ataupun dilakukan pengelolaan limbah yang umum, seperti dibakar atau ditimbun” ungkap Akhmad Taufiq selaku ketua tim PKM.
Menurut Tim, pengelolaan limbah-limbah plastik mulsa pertanian yang umum seperti dibakar, ditimbun ataupun dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seperti yang ditemukan di Wukirsari tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga berdampak pada kesehatan tanah dan air. Oleh karena itu, mereka mengusulkan pendekatan biodegradasi menggunakan jamur mikroskopis dari TPA Wukirsari yang dipadukan dengan serbuk Azolla pinnata, tanaman air kaya nitrogen yang dapat meningkatkan produksi enzim pengurai plastik. “Jamur yang kami teliti mampu menghasilkan enzim alkana hidroksilase yang berperan dalam penguraian plastik berbahan dasar LLDPE, seperti plastik mulsa,” jelas Akhmad Taufiq. “Sementara itu, Azolla kami fungsikan sebagai suplemen alami untuk merangsang produksi enzim tersebut.”
Penelitian dilakukan melalui proses isolasi jamur dari sampah plastik dan tanah di TPA Wukirsari menggunakan media selektif Basal Salt Medium (BSM) dengan n-hexadecane. Setelah dipurifikasi, isolat diuji efektivitasnya dalam media cair Mineral Salt Medium (MSM) yang diberi serbuk Azolla dan potongan plastik mulsa. Selama 30 hari inkubasi dengan agitasi 120 rpm, berat plastik dievaluasi untuk mengetahui tingkat degradasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat S199 dengan perlakuan penambahan 2% serbuk Azolla pinnata memiliki kemampuan degradasi tertinggi terhadap plastik mulsa dibandingkan isolat lain.
Tim PKM mengakui bahwa terdapat dua kendala utama selama pelaksanaan program ini diantaranya, sulitnya mendapatkan tanaman Azolla pinnata yang akan digunakan dalam penelitian dan pita hasil elektroforesis belum terlihat jelas. Namun, dengan kerjasama serta strategi yang kuat, tim berhasil mengatasi hambatan tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi untuk pengelolaan limbah plastik mulsa pertanian dengan cara yang alami. Penelitian ini berpotensi jangka panjang yang berperan dalam bidang bioteknologi yang diaplikasikan pada konservasi lingkungan. Sehingga memungkinkan untuk dibuat produk pengurai limbah plastik mulsa seperti isolat kering (instan).