Sarasehan Kebangsaan Peneguhan Nilai-Nilai Nasionalisme, Pencegahan, dan Penanganan Pelecehan Seksual

1
min read
A- A+
read

sarasehan kebangsaan

Bertempat di Auditorium UNY, Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) belum lama ini menyelenggarakan sarasehan Kebangsaan dengan tema “Peran Mahasiswa dalam Merangkai Kebhinekaan dengan Peneguhan Nilai-Nilai Nasionalisme dan Pencegahan Serta Penanganan Pelecehan Seksual di Lingkungan Kampus”.  Sarasehan dihadiri oleh para pimpinan FIP, para ketua jurusan, para pendamping mahasiswa, dan perwakilan mahasiswa dari HIMA Jurusan, serta dari KMMD FIP UNY.

Prof. Sujarwo, Dekan FIP UNY dalam sambutanya mengatakan bahwa acara ini terselenggara atas kerja keras dan kerja cerdas dari Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIP UNY. “Saya berharap dengan adanya sarasehan ini, para mahasiswa UNY terutama mahasiswa FIP dapat mengambil peran dalam merangkai kebhinekaan dengan meneguhkan nilai-nilai nasionalisme serta dapat turut serta mengurangi terjadinya tindak pelecehan seksual di kampus.”harapnya. Sementara itu, Ketua Panitia Dr. Joko Pamungkas, yang merupakan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIP UNY, mengungkapkan tujuan sarasehan ini agar para mahasiswa yang ikut dalam acara kali ini, kedepanya makin sadar dan paham  bahwa sangat penting untuk mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme kebangsaan dan keberagaman dalam kehidupan nyata. “Dengan adanya rasa nasionalisme dalam diri mahasiswa, kelak akan tumbuh rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” imbuhnya.

Letkol.Sus I Komang Kesuma, S.Pd., M.I.Pol (Kasibinsik, Subdisbinkemilsik, Diswatpersau) dan AKP. L. Esti Wulandari, S.H., M.H. (Kanit PPA POLDA DIY) merupakan narasumber yang kompeten dihadirkan untuk mengisi sarasehan kali ini. I Komang Kesuma, yang merupakan lulusan dari IKIP Yogyakarta menyampaikan paparan dengan tema “Indonesia=Kita” mengatakan bahwa tingkah laku para generasi muda yang mencerminkan loyalitas terhadap tanah air mulai luntur karena arus globalisasi. Komang menyebutkan, “Ini bisa dilihat salah satunya para generasi zaman sekarang lebih hafal serta lebih menyukai segala sesuatu yang berbau Korea. Mulai dari drama Korea, lagu Korea, dan dance ala Korea". “Saya yakin banyak diantara generasi muda sekarang yang tidak hafal lagu Indonesia Raya dan butir-butir Pancasila,” ujarnya. Selain tidak tertarik untuk menghafalkan dan menghayati lagu wajib, para generasi muda juga bersikap tidak peduli terhadap kebudayaan lokal tanah air seperti Wayang Kulit, Reog Ponorogo dan berbagai macam kesenian lainya. Berbagai macam hal bisa kita lakukan agar para generasi muda mencintai budaya bangsa ini diantaranya adalah memberikan apresiasi tehadap para pekerja seni, mengenalkan budaya bangsa sendiri lewat YouTube agar mudah diakses, memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya pada setiap acara, dan masih banyak cara lainnya. Untuk menumbuhkan semangat nasionalisme bagi para generasi muda khususnya mahasiswa juga sangat mudah, antara lain aktif di organisasi-organisasi yang ada di kampus seperti Badan Eksekutif mahasiswa (BEM) dan Unit Kegiatan Kampus (UKM).

Narasumber kedua Lidwina Esti Wulandari, berbicara tentang “Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Seksual”. Dalam paparanya Esti menegaskan bahwa pelecehan seksual tidak akan terjadi kalau pihak laki- laki dan pihak wanita sama-sama bisa menjaga diri.“Berpakaianlah yang sopan, dilakukan agar terhindar dari tindak pelecehan seksual, disamping itu menghindari pergaulan bebas, dan memahami nilai nilai moral serta agama,” pesan  AKP Lidwina. LIdwina juga berpesan kepada korban pelecehan seksual untuk tidak ragu melaporkan kepada pihak kepolisian agar bisa mendapatkan penanganan yang terbaik. Ia menambahkan bahwa salah satu bukti negara sangat melindungi korban kekerasan dan pelecehan seksual adalah dengan menetapkan hukuman minimal 5 tahun kepada pelakunya. 

Penulis : Sudaryono

Editor : Dedy

 

IKU 4. Praktisi Mengajar di Dalam Kampus