Perpustakaan UNY Raih Akreditasi A

2
min read
A- A+
read

Prof. Sulis Triyono dengan sertifikat akreditasi perpustakaan UNY

Perpustakaan UNY berhasil meraih akreditasi A dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berlaku hingga 9 Desember 2026. Prestasi ini merupakan capaian luar biasa karena sejak UPT Perpustakaan UNY berdiri pada tahun 1964 belum pernah terakreditasi hingga tahun 2020. Pada akreditasi ini UNY berhasil meraih nilai 96,50 berdasarkan rapat antara reviewer dengan pejabat terkait. Menurut Kepala UPT Perpustakaan UNY Prof. Sulis Triyono capaian ini merupakan raihan nilai tertinggi dibandingkan dengan perpustakaan perguruan tinggi lain.

Perjuangan Sulis Triyono membawa UPT Perpustakaan UNY meraih prestasi tersebut juga tidak mudah. Dosen program studi Pendidikan Bahasa Jerman tersebut saat ditunjuk menjadi Kepala UPT Perpustakaan UNY langsung memetakan potensi tempat kerjanya dengan analisis SWOT. “Hasilnya ditemukan potensi yang cukup besar untuk bisa maju dan berkembang” katanya di Rektorat UNY, Rabu (6/4). Menurutnya pada awal mula Sulis Triyono hendak mengajukan permohonan akreditasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sempat mendapat tantangan karena proses akreditasi dianggap merepotkan atau berbiaya mahal, namun dengan pendekatan humanis akhirnya manuver Sulis mulai mendapat dukungan. Sehingga ketika para pustakawan dan tenaga kependidikan mulai tune-in, Sulis berlari mengejar targetnya.

Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni tersebut mengatakan bahwa pengakuan yang terbaik tentang perpustakaan adalah dari pihak luar bukan dari internal kampus. Dari sini Sulis mulai mempelajari 6 borang kategori yang dinilai oleh Perpustakaan Nasional RI untuk menentukan nilainya. “Kriteria tersebut adalah koleksi, layanan, pengembangan sumber daya manusia, sarana prasarana, keuangan dan managerial” ungkapnya. Dari semua kriteria tersebut UNY mendapatkan nilai A. Sulis menjelaskan bahwa hingga saat ini UNY sudah memiliki koleksi hingga 230.000 judul buku maupun jurnal yang dihasilkan UNY. Buku dan jurnal tersebut sudah dikoleksi dan diberi barcode, bahkan diberi Radio Frequency Identification (RFID) sejak tahun 2019. RFID ini merupakan sistem pengkodean baru karena peminjaman buku yang dilakukan mahasiswa tidak perlu ditulis melainkan cukup diletakkan di atas mesin RFID dan akan ter-scan serta identitas mahasiswa akan muncul. Sulis mengaku masih membutuhkan sebuah alat yaitu drop books yang harganya tidak mahal namun fungsinya sangat membantu kegiatan layanan perpustakaan.

Pria kelahiran 6 Mei 1958 tersebut memaparkan kiat-kiat hingga perpustakaan UNY meraih prestasi gemilang, diantaranya mengumpulkan semua data yang dimiliki. Apabila kurang dilengkapi apabila masih buruk diperbaiki. “Ini membutuhkan waktu lama, kami butuh waktu 7 bulan penuh untuk mencari kekurangan. Contohnya pencatatan koleksi yang awal mulanya manual lalu disistemkan” kata Sulis. Sistem ini memudahkan mahasiswa dalam pengurusan hal yang terkait perpustakaan seperti surat bebas perpustakaan, dimana pada mulanya mahasiswa harus datang ke kampus namun sekarang cukup dari rumah. Kiat lainnya adalah pemantauan akreditasi yang dikirimkan ke Perpustakaan Nasional yang selalu di-check lewat email, telepon bahkan bila perlu mendatangi Perpustakaan Nasional di Jakarta. Tidak lupa pada saat ada visitasi dari DPAD (Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah) DIY maupun Perpustakaan Nasional RI diupayakan ada pimpinan untuk mendampingi.

Doktor Linguistik UGM tahun 2015 tersebut mengatakan bahwa peran perpustakaan sangat vital dalam membersamai mahasiswa dan dosen dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Seperti kebutuhan akan buku maupun jurnal yang sesuai dalam penyelesaian tugas akhir atau penulisan jurnal ilmiah. Sulis menginformasikan bahwa UPT Perpustakaan UNY telah berlangganan Scopus yang diikuti oleh 5500 publisher dengan lebih dari 25.000 judul jurnal dengan jutaan artikel yang bisa diunduh secara gratis. Harapannya UPT Perpustakaan UNY kedepan tetap dapat berlangganan database E-books dan E-journal karena kebutuhan dosen dan mahasiswa meningkat, terutama di masa pandemi. Rerata kunjungan UPT Perpustakaan UNY adalah 2000 orang per hari, namun pada masa ujian meningkat menjadi 6000 orang per hari bahkan pernah 8000 orang per hari pada semua perpustakaan yang dimiliki UNY yaitu Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas, Pascasarjana, LPPM termasuk Perpustakaan UNY Kampus Wates dan Gunungkidul. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)