Ada dua hal yang patut digarisbawahi yaitu motivasi pragmatis dalam pengembangan pusat karir dan pusat karir sebagai sarana pemeringkatan. Pemeringkatan ini merupakan usaha agar perguruan tinggi peduli pada upaya membangun pusat karir. Muaranya adalah kepedulian pada para mahasiswa. Untuk berkembang Indonesia membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang unggul. Selain itu Indonesia juga menghadapi tantangan lain berupa revolusi industri 4.0. Demikian dikatakan Direktur Kemahasiswaan Ditjen Belmawa Kemenristekdikti Didin Wahidin dalam Seminar Nasional Pengembangan Layanan Pusat Karir, Rabu (23/10) di Digital Library UNY. Lebih lanjut dikatakannya bahwa akan ada perubahan besar dari apa yang akan dituju agar mahasiswa kelak bukan menjadi pengangguran. “Pusat karir adalah jembatan antara perguruan tinggi dengan dunia kerja” kata Didin Wahidin. Jembatan yang dimaksud adalah jembatan yang diharapkan akan memberi kegiatan nyata dalam upaya untuk membina mahasiswa menjadi orang-orang yang berdaya. Pusat karir kelak akan menjadi sesuatu yang memberikan warna tersendiri bagi alumni perguruan tinggi, sejak masuk kuliah hingga lulus kuliah. Pusat karir juga dapat menciptakan alumni-alumni yang berdaya, salah satunya dengan cara mengadakan job fair. Ddidin Wahidin juga menekankan pentingnya mahasiswa menguasai soft skills tidak hanya hard skills, karena dunia kerja sekarang banyak memberi bobot pada soft skills.
Menurut Rektor UNY Sutrisna Wibawa dalam menyusun kurikulum perguruan tinggi sudah memikirkan bahwa mahasiswa setelah menempuh kuliah empat tahun akan menguasai kompetensi apa. “Namun kita juga masih gamang karena apa yang kita siapkan sekarang, empat tahun kemudian bisa berubah” kata Rektor. Untuk itu perlu antisipasi perguruan tinggi di bidang karir karena perubahan yang begitu cepat dan sulit diduga. Oleh karena itu pengembangan karir tidak semata hanya pengembangan sistem namun juga ada hal yang secara akademik bisa diambil untuk mengembangkan profesi kedepan dilandasi perkembangan teknologi. Rektor berharap dari tracer study ada nilai-nilai akademik yang bisa dikembangkan sehingga kurikulum bisa dinamis, bahkan bisa berubah walau di tengah semester. Tracer study ini juga diharapkan dapat terintegrasi dengan akreditasi baik program studi maupun institusi.
Kasubdit Penyelarasan Kebutuhan Kerja Triomega Gultom mengatakan seminar ini diikuti oleh 287 orang dari 200 Perguruan tinggi penerima dana hibah tahun 2019. “Dari Jawa ada 109 perguruan tinggi, Sumatra 48, Sulawesi 19, Kalimantan 15, Bali, NTB dan NTT 9” kata Triomega Gultom. Menurutnya telah terpilih 73 perguruan tinggi yang akan mempresentasikan hasil penelusuran tracer studynya yang telah dinilai oleh koordinator wilayah masing-masing. Diinformasikan Triomega Gultom bahwa tahun depan tidak ada lagi skema hibah pusat karir namun berganti menjadi insentif. Seminar yang merupakan kerjasama antara Ditjen Belmawa dan Pusat Karir LPMPP UNY dibuka oleh Didin Wahyudin dengan pemukulan gong dan pertukaran cinderamata. (Dedy)