Penting, Kolaborasi Dan Sinergi Antara Pendidikan Bahasa Dan Pendidikan Seni

2
min read
A- A+
read

Prof. Suwarsih Madya menyampaikan orasi ilmiah

Cita-cita membentuk kebudayaan pendidikan bahasa dan seni yang warganya senantiasa belajar melalui kolaborasi dan sinergi, mengamalkan nilai-nilai karakter moral dan karakter kinerja untuk meraih perbaikan berkelanjutan dengan kemanfaatan internal dan eksternal horizontal dalam kehidupan yang sangat kompleks, dapat dicapai dengan penerapan pendekatan eklektik yang memberi ruang bagi pengembangan berbagai pemikiran teoretis profesional, personal dan prosedural dengan paradigma yang mesti dijaga keseimbangannya. Dalam konteks pendidikan di Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila, perancangan pendidikan bahasa dan seni selayaknya diilhami oleh Visi Kebudayaan Pancasila dan Visi Kehidupan Kekal, yang akan menjamin keteguhan untuk berpegang pada kebajikan. Semua ini dapat difasilitasi dengan kerangka kerja yang dapat terus menerus diperbaiki bersama, yang akan diperkuat oleh lembaga yang berkembang menjadi organisasi pemelajaran dan memerlukan dukungan dari semua warga sebagai pemangku kepentingan internal. Semua upaya pengembangan sebaiknya diiringi kegiatan penelitian dengan pendekatan antardisiplin dan transdisiplin. Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni Prof. Suwarsih Madya, Ph.D dalam pidato dies natalis Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY, Selasa (10/5). Lebih lanjut dikatakan bahwa penyelenggara pendidikan seni hendaknya memastikan bahwa pada akhir program para mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan berkarya seni dengan memperhatikan fungsi-fungsi seni yang potensial membantu mereka berkiprah untuk memenuhi mandat yang telah dirumuskan dalam profil lulusan. Begitu juga penyelenggara pendidikan bahasa perlu dipastikan mengarah pada tercapaikan penguasaan kompetensi komunikatif antarbudaya bersama penerapannya sehingga lulusan dapat menggunakan bahasa untuk memenuhi fungsi-fungsinya secara efektif. Untuk mencapai hasil yang lebih besar dan lebih baik dengan sumber daya yang sama atau bahkan lebih sedikit, diperlukan kolaborasi dan sinergi dalam pembangunan pendidikan bahasa termasuk sastra, yang kental dengan kandungan seni, dan pendidikan seni” kata Suwarsih Madya. Kolaborasi dan sinergi tersebut sangat mungkin dilakukan dalam proses pengembangan pendidikan bahasa dan seni lantaran kedua bidang ini berbagi dalam beberapa aspek, melainkan juga merupakan kebutuhan bersama untuk saling mengisi lantaran perbedaannya, sekaligus saling memperkaya wawasan lintas bidang. Pertukaran informasi yang berkenaan dengan perbedaan substansial antara bahasa dan seni, misalnya, akan memperluas dan memperkaya wawasan masing-masing pihak dan memungkinkan saling memanfaatkan untuk berbagai tujuan positif.

Doktor English Language Teacher Education, Macquarie University, Sydney, Australia itu memaparkan, kolaborasi mungkin dilakukan internal fakultas antara pendidikan bahasa dan pendidikan seni dan antar fakultas untuk menambang berbagai peluang peningkatan keberhasilan melalui peningkatan tridarma pendidikan tinggi. Fungsi-fungsi bahasa dan fungsi-fungsi seni tersebut memungkinkan terjadinya kolaborasi dan sinergi antara warga pendidikan bahasa dan warga pendidikan seni” tegasnya. Dalam dunia akademik, warga pendidikan bahasa dan seni sama-sama menggunakan bahasa untuk membahas persoalan akademik, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam hal tertentu, misalnya penulisan artikel, mungkin warga pendidikan seni memerlukan bantuan warga pendidikan bahasa dari segi bahasa mengingat penulisan artikel harus memenuhi persyaratan khusus yang ketat. Dalam situasi lain, warga pendidikan bahasa memerlukan bantuan warga pendidikan seni. Dengan fungsi-fungsi seni yang tersebut di atas, warga seni dapat membantu warga bahasa dalam membuat ilustrasi yang diperlukan dalam cerita, dalam merancang poster, leaflet, dan brosur, dalam merancang tampilan website untuk kegiatan konferensi, dalam menyelenggarakan upacara pembukaan dan penutupan konferensi, utamanya untuk pertunjukan tari dan musik, dalam mengenalkan seni budaya kepada peserta konferensi dari mancanegara dan sebagainya.

Dies natalis FBS UNY ke-59 dilaksanakan di Performance Hall dan dihadiri segenap pimpinan UNY, jajaran pejabat Fakultas dan civitas akademika FBS. Dekan FBS Dr. Sri Harti Widyastuti berharap agar dalam usia ke-59 tahun ini FBS dapat memberi kontribusi yang signifikan dalam bidang tugasnya yaitu Pendidikan dan keilmuan bahasa dan seni yang akan selalu tumbuh serta berkembang dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. “Semoga fakultas ini dapat terus mengembangkan potensi dengan memegang teguh nilai-nilai untuk mewujudkan tercapainya visi dan misi FBS UNY” kata Sri Harti Widyastuti. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu, kemitraan serta kelembagaan yang kuat. (Dedy)