PENTAS WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI PEMERATAAN DAN AKSES PENDIDIKAN BERKUALITAS

2
min read
A- A+
read

PENTAS WAYANG KULIT

Secara kelembagaan, Universitas Negeri Yogyakarta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang telah menjadi kesepakatan pembangunan global di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selaras dengan jatidiri UNY sebagai lembaga pendidikan, tanggung jawab dan komitmen tersebut diwujudkan melalui upaya menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan peningkatan kesempatan belajar untuk semua orang. Hal itu sesuai dengan salah satu agenda SDGs, yakni pendidikan berkualitas (quality eduaction).

Berbagai upaya dilakukan untuk menyebarluaskan keberadaan UNY sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuh yakni dengan menyelenggarakan pementasan wayang kulit. Wayang kulit adalah salah satu jenis pertunjukkan seni tradisional yang populer dan digemari seluruh lapisan masyarakat. Eksistensi wayang kulit tidak hanya sebagai bentuk kesenian untuk hiburan, tetapi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Pementasan kali ini menghadirkan dalang Ki Bayu Aji Pamungkas, putra dari H. Anom Suroto, dalang kondang dari Surakarta. Pementasan mengangkat lakon "Satriya Krida Hambangun Praja" yang mengisahkan perjuangan penuh tantangan Para Kesatrya Pandawa membangun Kerajaan Amarta. Satriya Pandawa yang dipimpin Bratasena diperintahkan untuk Babad Alas Wonomarta. Krida babad Alas Wonomarta sebenarnya merupakan siasat Para Kurawa untuk membunuh Para Satriya Pandawa. Hutan Wonomarta itu dikenal gawat sato mara sato mati, siapapun yang masuk hutan itu akan menemui ajalnya. Namun, dengan niat yang lurus atas dasar iman dan doa Sang Ibu, Satriya Pandawa berhasil membuka hutan dan membangun kerjaan. Lahirlah Kerajaan Amarta yang berkembang menjadi kerajaan yang gemah ripah loh jinawi.

Harapannya, inti dan makna lakon Satriya Krida Hambangun Praja menjadi inspirasi dan motivasi bagi segenap elemen yang ada di UNY terus berupaya untuk mewujudkan insan yang unggul, kreatif, inovatif, yang dilandasi ketakwaan, kemandirian, dan kecendekiaan. Para Kesatrya UNY, yakni Pimpinan, Dosen, Tenaga Kependidikan, Alumni, dan Mahasiswa serta dukungan Mitra terus bersinergi memajukan dan mengembangkan UNY agar dapat berkontribusi untuk pembangunan pendidikan bermutu dalam skala nasional dan internasional.

Secara lebih khusus, Pementasan Wayang Kulit ini bagian dari Kegiatan Silaturahim Alumni dan Syukuran Gedung IKA UNY yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Negeri Yogyakarta (IKA UNY). Kegiatan tersebut juga meruoakan  rangkaian acara memperingati Dies Natalis ke-57 Universitas Negeri Yogyakarta. Sehubungan masih dalam masa Pandemi Covid-19, pagelaran pementasan wayang ini dilaksanakan secara daring. Dalang Ki Bayu Aji Pamungkas mementaskan wayang dari Kebon Seni Timasan Surakarta dan disiarkan langsung melalui live streaming youtube Ikatan Alumni UNY pada hari Sabtu (29/5).

Sebelum pementasan wayang diumumkan pemenang Lomba Karya Inovasi dengan tema “Membangun Generasi Emas untuk Menyongsong Peradaban Baru Indonesia” yang terdiri dari 2 kategori. Kategori Pendidikan Formal dan Non Formal, sebagai juara harapan 1 Ari Yuda Kusuma, M.Pd. dari Jambi, Juara 3: Firdiawan Ekaputra, M.Pd dari DIY, Juara 2: Pipit Haryadi, S.Pd.Gr. dari DIY, dan Juara 1: Dewi Triani Rahayu, S.Pd., dari DIY. Selanjutnya, pemenang Kategori Umum dan Pemerintahan, juara III: M. Wellemharto, S.Pd, CPC asal Kalimantan Selatan,  juara II: Andrias Nur Wibowo, S.Pd. dari Jawa Barat, dan Juara I: Nova Suparmanto, S.Pd., M.Sc. dari DIY.

Dalam sambutannya, Rektor UNY. Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., berharap seluruh Keluarga Besar UNY dan Masyarakat umum, baik yang berada di Gedung IKA UNY maupun yang menyaksikan secara daring dari rumah dapat mengambil hikmah dari pagelaran wayang kulit ini. “Semoga yang menyaksikan pagelaran wayang kulit ini, dapat mengambil hikmahnya demi kebaikan kita bersama.” (Sudar).