Pengalaman Vivit Belajar Di Jerman

2
min read
A- A+
read

Vivit di Jerman

Saya sangat menyukai Bahasa Jerman. Sejak SMA meski saya mengambil jurusan Matematika dan IPA, tapi ada lintas minat bahasa asing yang ditawarkan khusus untuk anak MIPA. Dua bahasa asing ditawarkan yakni bahasa Inggris dan Bahasa Jerman. Jujur saya sangat senang dan merasa tertarik ketika saya tahu bahwa saya dapat belajar bahasa Jerman juga di sekolah favorit yang sejak SMP sudah sangat saya impikan. Jerman adalah salah satu negara maju di benua Eropa yang terkenal dengan kemajuan industri dan teknologinya. Mengetahui tentang itu saya bersemangat untuk menekuni bahasa Jerman. Inilah yang diungkapkan Vivit Ariyani Saputri, mahasiswa UNY yang sedang menempuh kuliah di Jerman. Salah satu alasan lain yang membuat Vivit semakin yakin untuk menekuni bahasa ini adalah guru bahasa Jerman di SMA. “Dalam pengajaran bahasa Jerman yang diampu, beliau selalu memberi motivasi agar kami mau serius dengan bahasa ini.  Salah satu motivasi yang beliau sampaikan adalah tentang potensi Jerman sebagai negara untuk mengais ilmu, untuk menempuh pendidikan, hingga cerita kakak kelas saya yang berhasil menginjakkan kakinya di Jerman berkat mengikuti lomba bahasa Jerman” paparnya, Kamis (28/7).

Alumni SMAN 1 Slawi tersebut menampakkan keseriusannya belajar Bahasa Jerman. Saat SMA Vivit pernah mengikuti lomba membaca berita dalam bahasa Jerman yang diadakan oleh UNY. “Meski tidak dapat juara tapi saya bersyukur, dari sanalah saya tahu titik mana saja yang musti saya perbaiki” katanya. Tidak menyerah dengan kegagalan itu, Vivit bersungguh-sungguh mengikuti olimpiade bahasa Jerman di tingkat provinsi dan meraih juara satu dan berhak mewakili Provinsi Jawa Tengah di olimpiade bahasa Jerman ditingkat nasional. Di olimpiade bahasa Jerman tingkat nasional yang berlangsung di Goethe Institut Jakarta, Vivit banyak menemui siswa pembelajar bahasa Jerman dari seluruh Nusantara. Dua peserta yang berhasil meraih posisi tertinggi di olimpiade bahasa Jerman tingkat nasional inilah yang berhak melanjutkan olimpiade bahasa Jerman tingkat internasional di Freiburg, Jerman. Namun kembali keberuntungan belum menaunginya sehingga gagal berangkat ke Jerman.

Kemudian gadis kelahiran Tegal, 30 Januari 2001 itu melanjutkan studi di prodi pendidikan bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Pada akhir semester lalu, para dosen jurusan bahasa Jerman UNY memberitahu bahwa akan ada seleksi untuk transfer kredit selama satu semester di Universitas Münster Jerman alias Internationale Studien-und Ausbildungspartnerschaft (ISAP). Vivit memanfaatkan kesempatan emas ini dan lolos seleksi. “Pada tanggal 28 Maret 2022 saya resmi terbang ke Jerman” katanya. Walau cuaca di Jerman pada bulan Maret sebenarnya sudah mulai memasuki musim semi (Frühling), namun Vivit beruntung masih dapat merasakan salju. 

Warga Pedagangan Dukuhwaru Tegal Jawa Tengah itu mengisahkan bahwa hampir semua mahasiswa Jerman di kelas yang diikuti, mereka menggunakan tablet untuk membuat catatan dan membuka materi. “Di Uni-Münster ini namanya Learnweb, mirip dengan besmart UNY namun menggunakan bahasa Jerman’ katanya. Hal ini sangat menarik karena praktis dan mengurangi penggunaan kertas. Di Indonesia rerata mahasiswa menggunakan laptop.

Mengenai makanan, putri pasangan Khamal dan Maslah itu merasa tidak ada masalah karena mudah beradaptasi dengan makanan lokal. “Saat awal kedatangan saya di Jerman, memang saya masih nasi, berdasarkan kesepakatan saya dan teman saya, kami membawa beras masing-masing kurang lebih 1Kg dari Indonesia, setidaknya untuk beradaptasi di minggu awal” katanya. Sejauh ini setiap pagi Vivit sarapan memakai telur rebus setengah matang dan Müsli atau juga bisa dengan salad sayur. Müsli adalah makanan lokal Jerman. Cara memasaknya, ambil 4 sendok makan Müsli lalu rebus sebentar pakai air sedikit hingga kental, tiriskan ke mangkuk, tambah 1 sendok teh madu, tuang susu kedelai atau susu sapi, ditambah irisan pisang, dan tambahkan buah cery di atasnya sebagai topping. “Bahan makanan sehat yang mudah ditemui di Supermarket dan dengan harga yang terjangkau membuat saya betah dan tidak ada masalah dengan makanan” tutup Vivit. (Dedy)

MBKM
IKU
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus