Pengalaman Izza Mengajar Matematika Pada Kampus Mengajar

1
min read
A- A+
read

Izza mengajar di kelas

Kampus Mengajar adalah bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. Program ini merupakan transformasi dari Program Kampus Mengajar Perintis yang bertujuan untuk memberikan solusi bagi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdampak pandemi dengan memberdayakan para mahasiswa untuk membantu para guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19. Program Kampus Mengajar ini mengajak para mahasiswa untuk berkolaborasi, beraksi, dan berbakti untuk negeri di sekolah yang ditugaskan baik jenjang SD maupun SMP. Mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) diharapkan akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan di jenjang SD dan SMP khususnya di bidang literasi dan numerasi. Dengan mengikuti kegiatan Kampus Mengajar mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk mengasah jiwa kepemimpinan, soft skills, dan karakter, serta mendapat pengalaman mengajar. Salah satu mahasiswa UNY yang berkesempatan mengikutinya adalah Maghfiroh Izza Maulani yang ditempatkan di SDN Bringin 1 Srumbung, Magelang, Jawa Tengah.

Mahasiswa jurusan pendidikan matematika FMIPA UNY tersebut mengatakan bahwa mengajar merupakan panggilan hati. Bertemu dan dapat merasakan belajar sekaligus bermain bersama anak anak adalah kegiatan yang menyenangkan dan memiliki rasa greget yang berbeda” katanya. Bertemu dengan beragam kepribadian, beragam kemampuan membuatnya belajar banyak hal. Sesuai dengan pendidikannya yaitu matematika, Izza mengaku bahwa mengajarkan matematika untuk anak sekolah dasar itu gampang-gampang susah, karena walaupun materinya tergolong sederhana, namun salah konsep sedikit saja akan berimbas bagi pendidikan setelahnya.

Warga Tersan Gede, Salam, Magelang itu berkisah bahwa dia ditugaskan mengajar AKM Numerasi pada siswa kelas IV SD, yaitu mengenalkan apa yang dimaksud dengan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif yang merupakan hal baru untuk siswa. “Sebenarnya cukup sulit. Melihat peserta didik yang hanya melongo saja atau tidak paham membuat saya memutar otak” ungkapnya. Izza melakukan pendekatan-pendekatan mata pelajaran numerasi dengan masalah kontekstual yang biasanya ada di kehidupan sehari-hari seperti memisalkan tanda negatif sebagai hutang ataupun meminjam barang. Selain itu juga sebisa mungkin menggunakan bahasa yang mudah dipahami. “Tantangannya di SD, kita harus menyederhanakan apa-apa yang terasa rumit hingga sebisa mungkin dapat dipahami oleh siswa” paparnya. Alumni SMAN 3 Magelang itu menjelaskan matematika dengan masalah konkret agaknya lebih mudah dicerna, seperti mengajarkan volume balok dengan memperhatikan lemari yang ada di depan kelas, atau banyaknya air pada bak mandi. Sedangkan mengajarkan perkalian dan pembagian dengan soal-soal cerita yang biasanya mereka temui.

Menurut putri pasangan Sudarjo dan Sri Wahyuni itu mengajar tidak sebatas menjelaskan tapi juga berusaha memahamkan. Izza mengaku banyak belajar dari kegiatan ini termasuk belajar menangani siswa yang bermacam-macam karakteristiknya juga belajar mengendalikan suasana kelas yang terkadang tidak sesuai harapan. Dalam kegiatan belajar mengajar Izza berprinsip bahwa siswa harus mendapat tambahan ilmu pada hari itu, sehingga meski sedikit setidaknya ada ilmu yang mereka bawa pulang. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)

MBKM
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus