PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER

1
min read
A- A+
read

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER

Universitas Negeri Yogyakarta patut berbangga hati dapat mengadakan upacara pengukuhan sekaligus sebanyak 13 guru besar. Upacara dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat, dari perlengkapan prokes maupun tamu undangan yang dibatasi baik jumlah maupun penempatan tempat duduk yang diberi jarak. Pelaksanaan pengukuhan guru besar dilaksanakan di Gedung Auditorium UNY pada Sabtu (19/6). Salah satu dosen yang merupakan bagian dari peserta gubes yang dikukuhkan yaitu Prof. Dr. Marzuki, M.Ag.

Marzuki dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Sosial UNY, dengan pidato ilmiah berjudul “Pendidikan Agama Islam sebagai Basis Pendidikan Karakter Komprehensif di Indonesia”.

Mengawali pidatonya Marzuki mengutip ayat suci Al Qur’an, “Saya ingin mengutip ayat Alquran yang menegaskan bahwa Allah Swt. memuji keluhuran karakter Nabi Muhammad saw. dan dinyatakan dengan tegas bahwa beliau benar-benar memiliki akhlak atau karakter yang sangat agung. Allah Swt. berfirman, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. al-Qalam [68]: 4).”

Selanjutnya suami dari Sun Choirol Ummah ini menyampaikan bahwa, “Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap peserta didik di setiap satuan pendidikan di Indonesia, khususnya yang beragama Islam mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Mata pelajaran PAI dan juga semua mata pelajaran lain yang ada dalam struktur kurikulum pendidikan di setiap jenjang pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional di Indonesia”

Sedangkan menurut ayah dari empat anak ini mengatakan, “Tujuan pokok dari pembelajaran PAI yaitu mengantarkan peserta didik memiliki karakter yang komprehensif, yakni karakter mulia terhadap sesama manusia, alam semesta, dan terhadap Allah Swt. Nilai-nilai karakter komprehensif yang ada dalam agama Islam ini diharapkan dapat tercermin dalam sikap dan perilaku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran PAI,” terangkan Marzuki.

Pria kelahiran Banyuwangi dengan tanggal lahir sama dengan RA Kartini ini  juga menjelaskan bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran PAI dengan baik, diperlukan guru PAI yang berkompeten dan profesional yang mampu beradaptasi dengan setiap situasi dan kondisi yang ada. Inovasi pembelajaran PAI perlu terus dilakukan seiring perkembangan zaman, terutama oleh guru PAI, agar pembelajaran PAI tetap up to date dan menarik serta berhasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Guru PAI menjadi kunci utama keberhasilan pembelajaran PAI di satuan pendidikan. Tripusat pendidikan di Indonesia yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara, yakni pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat, harus bersinergi dan seiring sejalan dalam mengawal dan mewujudkan anak-anak Indonesia yang berkarakter mulia.

“Dengan dibantu sarana prasarana yang memadai dan dukungan dari semua pihak terkait, pembelajaran PAI diharapkan menjadi kunci keberhasilan pendidikan karakter komprehensif di Indonesia,” demikian Marzuki menjelaskan.

Riwayat pendidikan yang ditempuh Marzuki dari S-1 sampai S-3 memang tidak bisa dilepaskan dari perguruan tinggi agama Islam, sebagai bukti beliau lulus S-1 Bahasa Arab lulus tahun 1990 dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berikutnya prodi S-2 Pengkajian Islam diperoleh tahun 1996 dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, demikian pula S-3nya diperoleh di Jakarta pada UIN Syarif Hidayatullah dengan Pengkajian Islam sebagai pilihan prodinya yang telah membawanya memperoleh gelar doktor pada tahun 2007.

Pengukuhan sebanyak 13 guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta yang salah satu diikuti Marzuki tersebut sesuai dengan pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) UNY dalam agenda pendidikan berkualitas dan kelembagaan yang tangguh. (Sud).