Sebanyak 34 ibu-ibu PKK Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, mengikuti kegiatan pemberdayaan bertema pencegahan dan penanganan stunting berbasis keluarga yang digelar pada Sabtu (6/9/2025) dan Minggu (7/9/2025). Program ini sejalan dengan penetapan Desa Guwosari sebagai pilot project penurunan angka kejadian stunting di Kabupaten Bantul. Kegiatan ini menekankan pentingnya gizi seimbang, pola asuh responsif, serta stimulasi anak usia dini untuk mendukung tumbuh kembang optimal. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) BIMA Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi 2025 Universitas Negeri Yogyakarta melalui kolaborasi antara Departemen Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Kedokteran. Tim ini diketuai oleh Oktaviana Maharani, S.S.T., M.Kes., dengan anggota Dr. Nurul Arifiyanti, M.Pd., serta dr. Ayu Yunita Ratnaningrum, M.H.Kes. Oktaviana Maharani menjelaskan bahwa masa emas anak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) hingga prasekolah merupakan periode krusial. “Kekurangan gizi, pengasuhan kurang responsif, serta lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko stunting. Padahal, dampaknya panjang bagi kesehatan dan daya saing anak di masa depan,” ujarnya.
Pada kegiatan hari pertama, dr. Ayu Yunita Ratnaningrum, M.H.Kes., menekankan bahwa stunting bukan sekadar kondisi anak bertubuh pendek, melainkan hambatan pertumbuhan kronis yang memengaruhi perkembangan otak, imunitas, dan produktivitas. Narasumber selanjutnya dari ibu Arantika Meidya Pratiwi, S.S.T., M.Kes. dari Universitas Alma Ata Yogyakarta menjelaskan bahwa pencegahan sejak rumah menjadi kunci. Empat pilar gizi seimbang, pedoman Isi Piringku, serta MP-ASI yang tepat usia harus dipadukan dengan kebersihan pangan dan pemantauan rutin di posyandu”.
Pada kegiatan hari kedua, Dr. Muthmainah, M.Pd., dan Sri Sundari, S.S.T., M.Kes., membahas pola asuh responsif serta praktik pijat bayi. Berbagai strategi kreatif diajarkan untuk meningkatkan nafsu makan anak, seperti membuat menu sayur lebih menarik, melibatkan anak dalam proses memasak, hingga memberi pilihan sederhana agar anak merasa berdaya. Selama materi pijat bayi, peserta juga mempraktikkan langsung teknik pijat bayi sebagai stimulasi tumbuh kembang harian. Teknik ini diyakini dapat membantu kualitas tidur, pencernaan termasuk meningkatkan nafsu makan, pernapasan, serta memperkuat ikatan emosional orang tua dan anak.
Peserta terlihat aktif mulai dari menyusun menu Isi Piringku sesuai usia hingga mencoba pijat bayi. “Kami jadi lebih paham bahwa pencegahan stunting tidak hanya soal gizi, tapi juga pola asuh yang tepat dan lingkungan sehat,” ungkap salah satu peserta. Tim pelaksana mendorong kolaborasi berkelanjutan antara Tim Pengurus PKK, keluarga, kader, PAUD, dan puskesmas dalam pemantauan pertumbuhan, edukasi gizi, serta penguatan pola asuh. Dengan langkah ini, risiko stunting di Desa Guwosari diharapkan dapat terus ditekan secara berkesinambungan.