English
Suasana pameran
Mahasiswa prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik UNY mengadakan Pameran Dhumapatram pada Senin-Selasa 10-11 Juni 2024 di Museum Pendidikan Indonesia. Dengan tema ‘Perjalanan Akulturasi Tembakau Nusantara’ pada kelas MBKM Museologi yang diampu oleh Kuncoro Hadi, MA. dan Nanang Setiawan, MA. selama satu semester, pameran ini terlaksana sebagai sebuah project tugas akhir mata kuliah sekaligus proses belajar bagi mahasiswa dalam pengelolaan program aktivasi museum. Dhumapatram berasal dari kata ‘Dhuma’ yang berarti asap dan ‘Patra’ yang berarti daun.
Menurut Ketua Pameran Qonita Labibah, omniprespective dalam kerja kolektif project mata kuliah MBKM Museologi ini didasari dari latar belakang mahasiswa yang tersebar dari luar Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Politik. Menyadari hal ini proses yang terjadi selama penggalian konsep, diseminasi hasil riset dan juga display pameran merupakan akulturasi yang terjadi. “Pameran ini menyoroti bagaimana narasi sejarah mengenai tembakau di Indonesia dan dinamikanya, jadi mau melihat tembakau sebagai wacana pasca-kolonial” kata Qonita. Tajuk yang diambil memberikan warna yang cukup menantang bagi tim penyelenggara untuk mengintervensi kontra-wacana terhadap tembakau itu sendiri. Membawa ini dalam lanskap kebudayaan dan dinamika dan sosial, pameran ini menawarkan sebagai bentuk edukasi dalam melihat tembakau dari sudut pandang yang jarang digunakan.
Beberapa instalasi memiliki keunikannya masing-masing, dengan 14 instalasi yang dikerjakan masing-masing kelompok kecil dan juga satu instalasi partisipatoris besar yang dikerjakan secara bersamaan. Kurator pameran, Rizky dan Krisna merancang alur pameran ini sebagaimana perjalanan masuknya tembakau ke Nusantara, merespon dinamika sosial yang ada hingga pada sebuah bentuk kebudayaan tradisi Among Tebel di Temanggung. Proses pendekatan historis dan juga observasi langsung ke lokasi budidaya tembakau di Temanggung dilakukan sejak konseptualisasi pameran. Beberapa artefak dan juga bahan segar juga didatangkan langsung dari Temanggung.
Menawarkan pengalaman sensorik aroma, terdapat beberapa instalasi yang dapat direspon oleh pengunjung pada jenis-jenis tembakau, ubarampe dalam proses nglinting, rempah-rempah dan juga replika gunungan yang diarak selama kirab Tradisi Among Tebel di Temanggung. Wacana tembakau dengan segala aktivitas yang mengitarinya membuat beberapa tendensi yang dirasakan sendiri oleh beberapa orang yang mengunjungi. Dibuka untuk umum selama dua hari, beberapa pengunjung terlihat antusias menangkap peristiwa di galeri ruang pameran temporer lantai satu Museum Pendidikan Indonesia.
Shinta, mahasiswi Gorontalo yang tengah mengunjungi Yogyakarta merasa pameran ini terselenggara dengan baik. “Harapanya ada pameran-pameran seperti ini lagi, bahkan lebih besar lagi kedepannya, dan saya bisa mengunjungi” kata Shinta. Tercatat ada lebih dari 5000 pengunjung pameran yang datang dari berbagai daerah dan juga provinsi. Pengunjung juga diberi ruang untuk berdialog dengan gallery sitter yang juga pameris, serta menorehkan kesan dan harapannya dalam satu instalasi partisipatoris. Antusiasme pengunjung tak terbendung hingga penutupan pameran ini dilakukan.
